Haul Ke-104 KH Abdullah Sajad, Santri Kinasih KH Sholeh Darat

KH Abdullah Sajad adalah salah satu santri KH Sholeh Darat. Dia termasuk santri kinasih atau kesayangan, yang diamanati untuk mengembangkan Islam di Semarang bentangan Wetan (timur).
Potret KH Abdullah Sajad dan wilayah persebaran dakwahnya. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | SEMARANG | obyektif.id

MASIH dalam bayang-bayang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, Peringatan Haul Ke-104 Kiai Haji (KH) Abdullah Sajad yang semestinya rutin dihelat saban 10 Dzulhijjah (31 Juli 2021), akhirnya harus mundur dan baru digelar Ahad (19/9/2021), pukul 07.00 di Maqbaroh Nolo, Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Di pemakaman keluarga itu juga terdapat para kiai keturunan KH Abdullah Sajad seperti Almaghfurllah KH Munawir, KH Dimyati, KH Abdullah Daenuri, KH Afif Abdullah, KH Sonhaji Abdullah, hingga Kiai Najib Abdullah.

Pengajian di Peringataan Haul Ke-104 KH Abdullah Sajad. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Meski harus tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes), acara pengajian di peringatan haul ini disambut dan diikuti antusias kerabat, santri, dan masyarakat dalam jumlah terbatas atau tidak seperti gelaran tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19.

Acara juga dihadiri Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, yang baru tiba sekira pukul 11.30.

KH Abdullah Sajad bin KH Abdurrahman (Pengkol) bin Kiai Moh RifaI bin Moh Zakaria (Pangeran Sokopuro) bin Abdullah (atau Bambang Kertonadi atau Hasan Munadi).

Makam KH Abdullah Sajad. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Dari berbagai riwayat, KH Abdullah Sajad adalah salah satu santri KH Sholeh Darat. Namun pada zaman siapa yang seangkatan dengan dia, tampaknya masih harus ditelusuri sejarahnya.

KH Abdullah Sajad termasuk santri kinasih atau kesayangan. Sesaat akan mengakhiri menjadi santri di Kiai Sholeh Darat, dia diamanati untuk mengembangkan Islam di Semarang bentangan Wetan (timur).

Mbah Sajad selanjutnya menempati sebuah desa di Sendangguwo (kini Kelurahan Sendangguwo).

Komplek Makam Simbah KH Abdullah Sajad. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Menurut KH Dzikron Abdullah, pengasuh Pondok Pesantren Ad-Dainuriyyah 2, Semarang, istilah bentangan timur memang berasal dari Kiai Sholeh Darat.

Wasiat atau pesan lain adalah agar anak cucunya juga dididik untuk dapat mengembangkan agama Islam dan mendirikan pondok pesantren (Ponpes).

Tampaknya pesan tersebut menjadi kenyataan. Para anak dan cucu Mbah Sajad yang akhirnya menjadi penyiar agama Islam dan mendirikan banyak pondok pesantren.

Masjid peninggalan KH Abdullah Sajad, yang kubahnya merupakan hadiah dari KH Sholeh Darat. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Sendangguwo menurut beberapa kiai di Semarang memang merupakan desa tua yang terkenal dengan keislamannya.

Kiai Sajad mengajar agama Islam di masjid yang didirikannya, yang menjadi cikal bakal pondok pesantren. Namun sangat sulit mendapatkan informasi tentang siapa para santri saat itu.

Meski demikian, menurut Kiai Muzayyin yang pernah diberitahu ayahnya, KH Muhammad Dimyati, beberapa orang disebut, antara lain masyarakat lingkungan sekitar dan santri yang datang dari daerah lain.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi (kelima kiri) berdampingan dengan KH Dizkron Abdullah, cucu KH Abdullah Sajad beramah tamah bersama kerabat di kediaman KH Labib, adik KH Dizkron Abdullah. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Salah satu santri adalah KH Abdul Mannan dari Banyuwangi, yang sering diperintah membawakan tasbih Mbah Kiai Sajad di masa hidupnya, kemudian terkenal sebagai kiai tarekat.

Seorang lagi santrinya adalah Kiai Syamsuddin, yang tidak diketahui dari mana.

Dua Istri

Kiai Abdullah Sajad memunyai dua orang istri, yakni Karsanah dan yang kedua tidak jelas namanya.

Kebersamaan selepas pelaksanaan Peringatan Haul Ke-14 KH Abdullah Sajad. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Dengan Karsanah, dia dikarunia tujuh orang anak, yakni Nyi Aisyah, istri KH Munawir, yang mendirikan pondok pesantren di sebelah utara tempat KH Abdullah Sajad. Sekarang namanya diabadikan sebagai nama Pondok Pesantren Salafiyah al-Munawir.

Anak kedua, KH Muhammad Dimyati, lahir pada 1896, yang melanjutkan dan membesarkan pesantren ayahnya. Dia mengasuh pesantren sedari umur 22 tahun, sejak KH Abdullah Sajad wafat pada Senin Wage, 16 Agustus 1918.

Selanjutnya, anak ketiga dan keempat, Agus Zuhdi dan Kholil. Dan KH Abdullah Daenuri, anak kelimalah yang melanjutkan menjadi pengasuh pesantren sejak kakaknya, KH Muhammad Dimyati wafat pada 1955.

Anak keenam, KH Masyhudi, dari keturunan istri pertama, yang para cucunya terus bergiat dalam mengabdi dan membina masyarakat.

Anak terakhir atau ketujuh Mbah Kiai Sajad, berasal dari istrinya yang kedua, yang memang hanya dikaruniai anak semata wayang.

Beberapa di antara anak-anak Mbah Kiai Sajad mendirikan pondok pesantren. Sampai sekarang ini, tercatat pondok pesantren senasab Kiai Sajad secara kronologis adalah Ponpes Ad-Daenuriyah 1, sebagai pesantren perintis, sekarang diasuh generasi KH Afif Abdullah, putra pertama KH Abdullah Daenuri.

Kemudian Ponpes Salafiyah Al-Munawir, didirikan oleh menantu Mbah Kiai Sajad, sepeninggal Kiai Munawir, diasuh oleh menantunya, Kiai Abdussamad. Sekarang ponpes ini diasuh generasi cucu, antara lain Kiai Ahmad Rifai dan KH Ahmad Baidlowi.

Selanjutnya ada Pondok Pesantren Al-Ibriz, didirikan oleh KH Shonhaji Abdullah, putra Kiai Abdullah Daenuri, sekarang diasuh para anaknya.

Selain Ponpes Ad-Daenuriyah 1, disusul Pondok Pesantren Ad-Daenuriyyah 2, didirikan oleh KH Dzikron Abdullah, putra Kiai Abdullah Daenuri.

Terakhir Pondok Pesantren As-Sajad, termuda, didirikan oleh Kiai Najib Abdullah, putra Kiai Abdullah Daenuri.

Satu-satunya anak dari istri kedua KH Abdullah Sajad, menurunkan keturunan sampai sekarang adalah Qomariah, cucu KH Imran, kini mendirikan Pondok Pesantren Yatim Piatu di daerah Penggaron, Kecamatan Pedurungan, Semarang.

Abdul Munir, cucu KH Abdullah Daenuri, putra Mbah Kiai Sajad menjelaskan, gelaran Peringatan Haul Ke-104 KH Abdullah Sajad ini dipusatkan di Makam KH Abdullah Sajad, di wilayah RW 1, Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang, Kabupaten Semarang.

Dia menyampaikan, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi hadir bertepatan dengan acara selesai, sekira pukul 10.30.

“Tapi Pak Wali Kota Hendrar Prihadi menyempatkan singgah dan beramah tamah di kediaman KH Labib, adik KH Dizkron Abdullah,” ujar Abdul Munir, bersyukur.***

One thought on “Haul Ke-104 KH Abdullah Sajad, Santri Kinasih KH Sholeh Darat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *