Sekolah Alam Pringgodani menyelenggarakan kegiatan kreatif dan menarik bersama anak-anak dengan metode pembelajaran di luar kelas, seperti gerakan menanam pohon, mencintai alam, dan meningkatkan religiusitas.

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | KENDAL | obyektif.id
DEMI mengoptimalisasi pendidikan anak-anak di pelosok desa di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Sekolah Alam Pringgodani didirikan di Desa Bringinsari, Kecamatan Sukorejo. Tekad mulia ini digagas Ahmad Fathurozi, tenaga pendidik di salah satu madrasah setempat.
Pendirian Sekolah Alam Pringgodani bermula dari kegelisahan Fathurozi, karena hidup di desa yang berada di paling pojok Kabupaten Kendal, tepatnya di lereng Gunung Prau.

“Awal dibuatnya sekolah komunitas ini, memang berawal dari kegelisahan saya karena anak-anak desa kami yang hak-hak pendidikannya masih belum dipenuhi. Inilah yang menggerakkan kami untuk membuat komunitas belajar, dengan nama sanggar belajar,” ujar Fathurozi, Minggu (5/9/2021).
Menurutnya, sanggar belajar ini untuk menampung anak-anak yang mau belajar di waktu senggang, setelah sepulang dari sekolah dan sebagainya.
“Tujuan kami adalah membantu mengoptimalisasi kualitas pendidikan di desa, yang diselenggarakan oleh rekan-rekan dari sekolah-sekolah formal. Hal itulah yang menggerakkan rekan-rekan, kemudian membentuk Sekolah Pringgodani dan akhirnya menjadi Sekolah Alam Pringgodani,” ungkapnya.

Meski dalam perjalanannya, sekolah yang dia rintis ini belum sepenuhnya bisa mengoptimalisasi, Fathurozi tetap mengaku puas, karena mendapat respons positif dari beberapa kecamatan di Kabupaten Kendal.
“Bahkan sudah ada beberapa program yang kami tawarkan dan dibuat dari hasil kolaborasi, bisa mendapatkan respons yang positif. Beberapa di antaranya program GSB atau Gayeng Sinau Bareng dan juga respons dari anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di desa,” bebernya.
Itulah salah satu yang memantik kegelisahan Fathurozi. Betapa anak-anak berkebutuhan khusus itu, ternyata masih belum mendapatkan ruang yang maksimal di sekolah-sekolah formal.

Dia dan teman-temannya kemudian berpikir, anak-anak berkebutuhan khusus di desa ini menjadi tanggung jawab siapa? Karena anak-anak ini tidak terakomodasi di sekolah-sekolah formal.
“Bisa jadi karena sekolahnya yang tidak berani menerima, atau karena orangtua si anak berkebutuhan khusus yang ragu-ragu anaknya bisa mengikuti atau tidak di sekolah formal,” tuturnya.
Fathurozi menyebut, Sekolah Alam Pringgodani bukan hanya mengajarkan pendidikan dengan materi pelajaran formal saja. Tapi para peserta juga diajarkan mengenal alam.

“Jadi di sekolah alam ini, para peserta kami ajarkan juga mengenal alam, mencintai alam. Bahkan jika ada yang menginginkan belajar di bawah pohon, ya kami turuti. Pokoknya kami juga ajarkan melestarikan alam,” tandas Fathurozi.
Tujuan Bagus
Teguh Udianto atau akrab disapa Boby, rekan sesama tenaga pendidik di Kecamatan Sukorejo, mengaku salut dengan apa yang dilakukan Fathurozi.
Menurutnya, Sekolah Alam Pringgodani memiliki tujuan yang bagus, yakni untuk meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak pelosok desa di Kabupaten Kendal.

“Sekolah Alam Pringgodani ini menyelenggarakan kegiatan kreatif dan menarik bersama anak-anak dengan metode pembelajaran di luar kelas, seperti gerakan menanam pohon, mencintai alam, dan meningkatkan religiusitas,” kata Boby.
Dia menyebut, apa yang dilakukan Fathurozi bersama teman-temannya tersebut bisa mencetak generasi yang lebih menghargai, menjaga, dan mencintai alam.
Selain itu, Boby berharap, ada uluran tangan dari pemerintah maupun donatur untuk membantu pengembangan Sekolah Alam Pringgodani.
“Dengan fokus membina anak-anak desa menjadi pemimpin masa depan, yang mencintai alam, sehingga saat nanti belajar ke jenjang tinggi akan kembali membangun desanya,” pungkasnya.
Selama pandemi ini, Sekolah Alam Pringgodani hanya menggelar kegiatan parenting dan home schooling, dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.***