Aksi Kuda Lumping “Ngedan” di Malam Pengantin

Ketua Kridho Utomo Tjs Hendrik Susilo Sudarmo mengatakan, jathilan atau kuda lumping merupakan kesenian tradisional kebanggaan masyarakat Dusun Tunjungsari. Laki-laki-perempuan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa setempat sangat menyukai dan selalu nguri-uri seni budaya adiluhung ini.
Liukan tarian Agnes Maulia Diah Anggraeni saat harus menghadapi warok jahat yang murka. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | MAGELANG | obyektif.id

PUNCAK aksi total grup kesenian jathilan atau kuda lumping Kridho Utomo Tjs (Tanjungsari) yang kerasukan alias ngedan di Ahad (28/11/2021) jelang tengah malam, boleh jadi bakal sangat menoreh kenangan “indah” bagi pasangan pengantin Aditya Bayu Wardana-Siti Dita Ma’arifah.

Pasangan Bayu-Dita menggelar tasyakuran ngunduh mantu dua hari dua malam di kediaman orangtua mempelai pria, Moch Cholip-Nur Khasanah di Dusun Tunjungsari, RT 01/RW 07, Desa Ngadirojo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu-Ahad (27-28/11/2021).

Aksi Kuda Lumping Putri Kridho Utomo Tjs yang aipandegani Agnes Maulia Diah Anggraeni. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Kelompok Kesenian Kuda Lumping Kridho Utomo Tjs sebagai pengisi acara hiburan di hari terakhir, menyajikan serangkaian aksi lengkap, meliputi Tari Merak dan tarian tradisional lain, Warok Kecil, Warok Remaja, Warok Dewasa, Kuda Lumping Putri, Kuda Lumping Klasik, hingga Kuda Lumping Kreasi yang dipadu dengan barongsai dan leak Bali.

Ketua Kridho Utomo Tjs Hendrik Susilo Sudarmo mengatakan, jathilan atau kuda lumping merupakan kesenian tradisional kebanggaan masyarakat Dusun Tunjungsari. Laki-laki-perempuan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa setempat sangat menyukai dan selalu nguri-uri seni budaya adiluhung ini.

Ketua Kridho Utomo Tjs Hendrik Susilo Sudarmo bersama Reva Musrifah, istri sekaligus penata rias kelompok kuda lumping ini. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Tak heran jika ratusan warga terlihat antusias menonton pertunjukan Kridho Utomo Tjs, yang mulai beraksi selepas isya hingga tuntas lepas tengah malam, di sebujur jalanan depan rumah Moch Cholip.

Mengingat masih dalam suasana pandemi Covid-19, pertunjukan dibatasi hanya boleh disaksikan oleh masyarakat RW 07 Desa Ngadirojo, khususnya warga Dusun Tunjungsari.

Atraksi Warok Kecil yang disajikan pemain anak-anak anggota Kridho Utomo Tjs. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Didampingi Reva Musrifah, penata rias sekaligus pemain yang tak lain istrinya, Hendrik mengungkapkan, Kridho Utomo Tjs merupakan grup kesenian turun-temurun leluhur Dusun Tanjungsari yang sudah ada sejak 1960-an silam. Para awak pemain atau anggotanya berasal dari lintas generasi warga Dusun Tunjungsari.

Hingga saat ini, lebih dari 120-an orang laki-laki dan perempuan berbagai usia, mulai anak-anak –bahkan balita, remaja, hingga dewasa tercatat sebagai anggota aktif kelompok ini.

Reva Musrifah, penata rias Kridho Utomo Tjs sedang memoles dua penari yang siap bersaksi. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Hebatnya, meski mematok tarif nanggap Rp 2,5 juta untuk wilayah lokal dan Rp 4 juta untuk luar kota, tak ada sepeser pun honorarium yang dibayarkan atau masuk ke kantong para awak Kridho Utomo Tjs. Semua pendapatan disepakati masuk kas, untuk keperluan membeli perlengkapan dan peralatan kelompok.

Agnes Maulia Diah Anggraeni, salah satu pemain sekaligus primadona Kridho Utomo Tjs mengaku tak pernah berpikir tentang bayaran. Apalagi, pada dasarnya dia sudah suka menari tradisional sedari bocah.

Agnes Maulia Diah Anggraeni, penari/pemain primadona Kridho Utomo Tjs bersama. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Ketua RT 01/RW 07 Eko Purwanto, yang juga tercatat sebagai anggota atau pemain, membenarkan dan meyakini, Kridho Utomo Tjs bakal terus lestari karena senantiasa dijaga oleh lintas generasi Dusun Tanjungsari.

Anggota sekaligus pemain lain, Rina Setyowati pun berpandangan dan punya keyakinan serupa.

Ketua RT 01/RW 07 Eko Purwanto dan Rina Setyowati, salah satu anggota Kridho Utomo Tjs. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Kesenian kuda lumping semula dikenal sebagai kesenian jathilan, yang selanjutnya dikenal dengan jaran (kuda) kepang.

Kuda lumping menjadi nama yang lebih populer dibandingkan dengan kedua nama sebelumnya, bukan saja di Jawa Tengah, melainkan sudah secara nasional.

Penampilan barongsai, bagian dari adegan kuda Lumping Kreasi Kridho Utomo Tjs. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Kelompok Kesenian Kuda Lumping Kridho Utomo Tjs tercatat kerap mengoleksi prestasi. Terakhir, menjadi Juara II Lomba Festival Kesenian Ruwat Rawat Borobudur 2020.

Latihan rutin saban malam Minggu kedua setiap bulan, Kridho Utomo Tjs rajin tampil di acara-acara 17 Agustusan, hari-hari besar, dan malam Tahun Baru.

Ketua Kridho Utomo Tjs Hendrik Susilo Sudarmo dan para awak pemain kuda lumping bersama Kasi Kesenian dan Perfilman Disdikbud Kabupaten Magelang Agus Merapi (berdiri paling kanan), usai pengesahan Kridho Utomo Tjs, Kamis (2/12/2021). // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Pada Kamis, 2 Desember 2021, eksistensi Kridho Utomo Tjs sebagai kelompok kesenian kuda lumping mendapat pengesahan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang, yang diwakili Kasi Kesenian dan Perfilman Agus Suyitno atau lebih dikenal Agus Merapi, di gedung serbaguna desa setempat. Acara dihadiri Kepala Desa Ngadirojo bersama jajaran serta seluruh awak Kelompok Kesenian Kuda Lumping Kridho Utomo Tjs.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *