Jejak Mandiri Santri Anjani

Alhamdulillah, semua bisa dilakoni Anjani dengan ikhlas hati. Meramu pendidikan formal dan pendidikan keagamaan ala pesantren secara intens dan konsisten.
Dyah Ayu Anjani. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | KENDAL | obyektif.id

NAMANYA Dyah Ayu Anjani. Karib disapa Anjani. Berparas ayu, tentu, sesuai namanya. Juga lembut hati. Sehari-hari dia tak sebatas seorang remaja, tapi juga siswi sekaligus santriwati. Peran ganda yang tak semua anak muda sanggup melakoninya.

Jangan pernah tanyakan soal kemandirian pada Anjani. Gadis remaja kelahiran Kendal, 29 September 2004 ini boleh jadi paling mumpuni. Saban hari, nyaris tak ada waktu yang tidak dia bikin berarti.

Sedari bocah, anak keempat dari 5 bersaudara pasangan Khaeromen-Puryatmi ini boleh dibilang kurang mengenal sosok sang ayah. Mengapa? Entahlah, Anjani enggan berkisah.

Yang pasti, perjalanan hidup seperti itulah yang malah menempa Anjani menjadi gadis tangguh. Dia rela berpeluh tanpa pernah sekalipun berkeluh. 

Hidup bersama ibunya serta tiga kakak dan seorang adik di rumahnya di Dukuh Ngrau Lor, RT 03/RW 01, Desa Tunggulsari, Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Anjani pelan tapi pasti menjelma menjadi perempuan mandiri.

Kegiatan sehari-hari Anjani adalah sebuah rutinitas yang sarat aktivitas, termasuk yang bernilai religiusitas.

Subuh, Anjani harus sudah bangun, beranjak untuk mengayun jejak. Mengawali hari dengan nyantri di Pondok Pesantren (Ponpes) Ma’had Ta’limil Qur’an Baitussyakirin, Dukuh Ngrau Tengah, RT 02/RW 03, Desa Tunggulsari, yang tak jauh dari tempat tinggalnya.

Pagi harinya, sekira pukul 6.30, dia harus berkemas dan bergegas untuk menuntut ilmu di sekolah formalnya sebagai siswi Kelas XII MIPA 1 SMA Nahdlatul Ulama (NU) 05 Brangsong alias Smanulibra, yang berlokasi sekitar 3 kilometer dari rumahnya.

Sepulang sekolah, istirahat sejenak, tepat selepas maghrib, Anjani mesti kembali ke Ponpes Baitussyakirin, untuk mengikuti jadwal pembelajaran di pondok pesantren di bawah asuhan Kiai Moh Muchsinun atau akrab disapa Abah Muchsinun tersebut.

Hingga sekira pukul 22.00, Anjani baru bisa menyudahi rangkaian aktivitas seharian. Begitulah ritme hidup santriwati ini, untuk kembali memulai rutinitas serupa esok hari.

Ya, jadwal kegiatan Anjani sebagai santriwati di Ponpes Baitussyakirin memang terbilang pepat. Saban hari, selepas subuh dan maghrib, dia mesti mengikuti tadarus dan mengaji serta melakukan setoran bacaaan atau hafalan 1 kaca atau muka halaman Alquran.

Setiap Senin malam Selasa, selepas isya, Anjani dihadapkan pada kajian seputar fikih dari kitab Fathul Qorib dan tentang adab atau akhlak berdasar kitab Ta’lim Muta’allim.

“Kemudian setiap Jumat malam Sabtu, mempelajari Washoya, yang masih membahas seputar akhlak,” ujar Anjani.

Di Sabtu malam Ahad, Anjani mesti berkutat dengan tahsin dari kitab Ghorib, pelajaran yang fokus untuk memperbagus mahraj atau bacaan Alquran. Juga belajar tentang ilmu tajwid melalui kitab Hidayatul Mustafid dan membedah hukum-hukum keperempuanan yang mengacu pada kitab Masailun Nisa’.

Setidaknya sudah enam tahun Anjani tercatat sebagai santriwati di Ponpes Baitussyakirin, sejak 2016 silam, bersamaan dengan awal dirinya duduk sebagai siswi Kelas VII SMP Negeri 2 Brangsong atau Braneda. Dua tahun kemudian, 2018, dia sudah mampu mengkhatamkan Juz Amma atau juz ke-30 Alquran.

Alhamdulillah, semua bisa dilakoni Anjani dengan ikhlas hati. Meramu pendidikan formal dan pendidikan keagamaan ala pesantren secara intens dan konsisten.

Kini, empat tahun berjalan sejak khatam Juz Amma, Anjani terus memacu diri untuk bisa menjadi lulusan mukhatimat Bin Nadhor 30 juz Alquran. Selanjutnya, agar bisa pula segera mewujudkan obsesi atau cita-citanya.

“Saya punya cita-cita kelak bisa jadi sekretaris di sebuah perkantoran. Tentu saja sekretaris yang tetap menjaga dan menjunjung tinggi nilai-nilai Islami,” ungkapnya.

Tak sedikit catatan positif dari Anjani. Di lingkungan sekolah maupun pondok pesantren tempatnya menimba ilmu, gadis berpostur 157 cm/43 kg ini dikenal sebagai pribadi yang tak suka banyak bicara, namun santun dan ramah.

Di mata Mufidatun Ni’mah, teman santrinya yang berasal dari Demak, Anjani adalah sosok teman yang menyenangkan dan suka mengalah.

“Sebagai teman dekat, menurut saya, Anjani orangnya memang baik, rajin, dan pintar di semua bidang,” ungkapnya.

Catatan serupa juga dirasakan Nayla Qurrota A’yun Nabilla, santriwati asal Jakarta yang selama ini dikenal sebagai sahabat Anjani.

Menurutnya, Anjani, si gadis pelahap nasi goreng yang gemar minum kopi adalah sosok teman yang baik hati.

Beneran kok, mbak Anjani orangnya baik, sopan, dan suka becanda,” cetusnya singkat.

Nilai-nilai kebaikan yang melekat pada diri Anjani bukanlah pengakuan asal-asalan tanpa alasan.

Meski menjadi santriwati yang tidak mondok atau tinggal di dalam ponpes –karena jarak tempat tinggal yang berdekatan, rekam jejak mumpuni dara ayu penyuka warna biru ini juga menorehkan kesan tersendiri bagi Umi Lailatul Munawaroh, istri Abah Muchsinun, pengasuh Ponpes Baitussyakirin.

Dyah Ayu Anjani bersama Umi Lailatul Munawaroh, serta dua rekan santrinya. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

“Meskipun Anjani bukan santri yang mondok atau tinggal di ponpes, setahu saya dia tergolong santri yang rajin sekali. Semoga apa yang dicita-citakannya bisa terwujud. Aamiin,” tutur Umi Lailatul Munawaroh, tanpa bisa menyimpan rasa bangga terhadap santri-santrinya, termasuk salah satunya Anjani.

Realitas jejak mandiri santri Anjani, bisa disimak dari rangkaian pengalaman dan prestasi yang berhasil dia koleksi.

Selama menjadi pelajar, setidaknya Anjani pernah ikut berkompetisi di Olimpiade Sains Nasional (OSN) Matematika.

Saat kelas dua SMA, Anjani sempat mengikuti kegiatan Kepramukaan Jola-Joli di Desa Darupono, Kecamatan Kaliwungu Selatan. Saat ini pun, dia tercatat sebagai Penegak Bantara di sekolahnya.

Sebelumnya, menjadi Juara I Lomba Rebana tingkat Kecamatan Brangsong 2019 di Kawasan Wisata Kedung Pengilon dan Juara Harapan I Lomba Rebana 2020 tingkat Kabupaten Kendal di Kecamatan Patean.

Selebihnya, hingga saat ini, Anjani masih membukukan namanya menjadi Sekretaris Pimpinan Ranting IPNU-IPPNU Desa Tunggulsari, Kecamatan Brangsong, periode 2021-2023.

Dan, inilah jejak mandiri santri Dyah Ayu Anjani, penyimak shalawat channel Ai Khadijah dan lagu-lagu indie Febri Putri Nc dan Dere, sekaligus pengidola penyanyi Fiersa Besari.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *