Pemprov Jateng Optimalkan Pertanian Sorgum di Wonogiri

Alhamdulillah, bisa mengangkat perekonomian masyarakat di Wuryantoro,” ujar Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Wuryantoro Sugeng Hariyadi.
Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Wuryantoro, Sugeng Hariyadi.

REPORTER/EDITOR: Omegantoro | WONOGIRI | obyektif.id

KESERIUSAN Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) dalam upaya menjaga ketahana pangan ditunjukkan dengan pengoptimalan pertanian sorgum di Kabupaten Wonogiri. Pengoptimalan pertanian sorgum dilakukan dengan memberikan bantuan untuk pengembangan budidaya tanaman sorgum di Kecamatan Wuryantoro.

Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Wuryantoro, Sugeng Hariyadi, mengatakan, bantuan yang mereka terima untuk penanaman sorgum di tiga desa di kecamatan setempat di areal lahan seluas 50 hektare.

“Dari 50 hektare ini sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa benih per hektare 10 kg, sehingga ada 500 kg benih. Selain benih juga mendapatkan bantuan pupuk NPK dengan jumlah per hektare sekitar 1 kuintal. Totalnya 5 ton untuk mendukung tanaman sorgum,” kata Sugeng, di Mojopuro, Kecamatan Wuryantoro, Rabu (21/9/2022).

Menurutnya, sorgum di wilayahnya sangat cocok ditanam. Dari pengalaman tahun lalu, produk sorgum bisa mencapai 4-5 ton per hektare. Maka tidak heran jika sampai saat ini sorgum di wilayah Wuryantoro masih disenangi petani, dan juga masih menjadi pilihan. Mengingat dari hasilnya, mampu mengangkat perekonomian masyarakat.

“Alhamdulilah, bisa mengangkat perekonomian masyarakat di Wuryantoro,” ujarnya.

Tidak hanya itu, terang pria asli Kediri Jawa Timur ini, penanaman sorgum sekaligus mampu mengurangi lahan tidur di masyarakat. Sebab tanaman sorgum mudah ditanam di mana saja di Wuryantoro.

“Dua tahun yang lalu bisa maksimal (hasilnya), bisa mencapai 150 hektare di Kecamatan Wuryantoro. Mungkin kalau diberdayakan, mungkin tahun yang akan datang bisa lebih dari 150 hektare,” kata Sugeng.

Ketua Kelompok Petani Widodo II Mojopuro Sugimin.

Ketua Kelompok Petani Widodo II Mojopuro Sugimin mengatakan, dia mewakili petani sorgum telah mendapatkan bantuan untuk penanamannya.

“Kami juga menerima bantuan pupuk, itu semua sudah kami sampakan ke petani. Hasilnya sudah ada yang sudah panen. Yang sudah panen dijual ke pengepul,” kata Sugimin.

Menurut Ketua Gapoktan Rahayu Widodo Kelurahan Mojopuro Surono, perbandingan antara tanaman sorgum dan jagung di wilayahnya saat ini lebih menguntungkan sorgum. Di antaranya karena di sorgum tidak membutuhkan air yang banyak, biaya operasional lebih rendah.

Ia menjelaskan, harga sorgum saat ini Rp 4.500 per kg, sedangkan jagung Rp 4.100-Rp 4.200 per kg. Diakui, jika hasil untuk tonase jagung lebih tinggi, namun biaya operasionalnya juga lebih tinggi, karena pemupukan dan pengairannya lebih banyak. Sedangkan untuk sorgum, biaya pemupukan dan operasionalnya rendah.

Ketua Gapoktan Rahayu Widodo Kelurahan Mojopuro Surono.

“Sorgum, petani belum tentu menggunakan pencabutan rumput. Untuk jagung wajib. Sehingga biaya operasional lebih tinggi jagung. Hasil sorgum rata rata per hektare 5 ton, jagung 7-8 ton cuma biaya operasional sorgum rendah yaitu di kisaran Rp2 juta-Rp5 juta, jagung Rp8 juta-Rp10 juta per hektare. hitungan petani dengan biaya rendah, petani milih jagung,” ujar Surono.

Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng memberi bantuan di tahun 2022 berupa benih sorgum 500 kg dan pupuk NPK nonsubsidi 5.000 kg di Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri. Bantuan itu untuk 50 hektare lahan sorgum.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *