RRI-Muhammadiyah Kolaborasi Gelar Budaya

Menurut Wakil Ketua DPRD Jateng Ferry Wawan Cahyono, kreativitas para seniman dalam mengemas acara seni dan budaya dapat menggugah animo masyarakat menikmati tontonan tradisional.
Kolaborasi pertunjukan wayang kulit dengan campursari. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

REPORTER/EDITOR: Omegantoro | SEMARANG | obyektif.id

LEMBAGA Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) bersama Majelis Pemberdayaan Masyarakat Muhammadiyah  gelar budaya kolaborasi kesenian wayang kulit dan campursari di Auditorium RRI Semarang, Ahad (11/9/2022) malam.

Kegiatan dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-77 RRI dan Gebyar Muktamar Muhammadiyah Ke-48 ini menampilkan Dalang Ki Ketut Budiman dengan Lakon “Sang Gatotkaca”.

Kegiatan seni dan budaya ini juga ditayangkan secara live melalui kanal YouTube channel RRI Semarang dan channel Ki Ketut Budiman.

Hadir dalam kegiatan ini Wakil Ketua DPRD Jateng Ferry Wawan Cahyono, Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jateng H Tafsir, Guru Besar Universitas Diponegoro (Undip) Sri Puryono, Kabid Humas Polda Jateng serta jajaran Forkopimda Jateng.

Kepala LPP RRI Semarang Widhie Kurniawan dalam sambutannya mengatakan bagaimana RRI dapat berkolaborasi bersama seluruh elemen untuk membangkitkan perekonomian, mengembangkan dan mempererat Indonesia.

“Tiga hal yang menjadi konsen RRI adalah ingin menjadi radio pemilu. Selanjutnya kami juga konsen kepada pengembangan UMKM. Dan yang terakhir adalah bagaimana kami membangun kolaborasi antar semua stakeholder untuk mengembangkan dan mempererat Indonesia menjadi sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kuat,” kata Widhie.

Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jateng H Tafsir menjelaskan bahwa budaya dan kesenian merupakan salah satu media untuk dakwah.

“Muhammadiyah tidak mengharamkan wayang. Muhammadiyah butuh wayang sebagai media dakwah,” ujarnya.

Menurutnya, dakwah membutuhkan empat unsur. Yang pertama, dakwah butuh sumber daya manusia (SDM), yang kedua dakwah butuh kekuasaan, selanjutnya dakwah butuh dukungan ekonomi dan dakwah butuh dukungan kultur atau budaya.

Sementara Wakil Ketua DPRD Jateng Ferry Wawan Cahyono mengapresiasi dan mendukung kegiatan kesenian ini. Menurutnya kreativitas para seniman dalam mengemas acara seni dan budaya dapat menggugah animo masyarakat menikmati tontonan tradisional.

“Kami (DPRD) sangat mendukung acara seni dan budaya lokal serta diharapkan ada keterlibatan kaum muda dalam setiap pagelarannya,” kata Ferry.

Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Ferry Wawan Cahyono. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Merujuk dari sosok Gatotkaca, Ferry berharap kita memiliki jiwa satria seperti Gatotkaca yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara.

“Semoga kita bisa mengambil nilai-nilai hikmahnya, menginspirasi kehidupan kita, memajukan bangsa dan negara khususipun Jawa Tengah yang kita cintai”, ujarnya.

Mamainkan lakon “Sang Gatotkaca”, Dalang Ki Ketut Budiman mengawali cerita dari keluhan Semar yang gelisah terhadap para pemimpin dimana seharusnya seorang penegak hukum yang mengayomi rakyat justru tega menganiaya bawahannya. Ditambah harga BBM yang melambung tinggi. Oleh karena itu Semar mengimbau agar kita semua mawas diri dimana perekonomian belum pulih karena pandemi covid-19 kemarin.

Kemudian datang Brotoseno dan Janaka bercerita bahwa istrinya Arimbi baru saja melahirkan seorang anak, tetapi tali pusarnya tidak bisa dipotong menggunakan senjata apapun. Banyak pusaka sudah dicoba untuk memotong tali pusar si jabang bayi tetapi tetap tidak mempan. Brotoseno minta tolong dan petunjuk Semar untuk membantu permasalahannya.

Semar menyuruh Janaka pergi ke tengah hutan di Solo, bertapa meminta pusaka untuk memotong tali pusar si jabang bayi.

Pada akhirnya, pusaka yang didapat Janaka pemberian Batara Narada dapat memotong tali pusar si jabang bayi yang bernama Tetuka tersebut.

Dalang Ki Ketut Budiman saat memainkan lakon “Sang Gatotkaca”. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Melihat kesaktian Tetuka lantas Batara Narada mendapat perintah dari Batara Guru menyampaikan pesan kepada Patih Sekipu. Kala Pracona boleh meminang Dewi Suprobo jika bisa membunuh si jabang bayi ini.

Sontak Patih Sekipu pun langsung berusaha untuk membunuh Tetuka. Tak kunjung tewas akhirnya Tetuka dilempar ke Kawah Candradimuka agar lebur terbakar.

Bukannya terbakar Tetuka malah menjadi sosok dewasa. Keluar dari Kawah Candradimuka Tetuka berubah menjadi sosok yang gagah perkasa.

Oleh Batara Narada, Tetuka dewasa diminta untuk mengalahkan Patih Sekipu. Singkat cerita Patih Sekipu berhasil dikalahkan dan Tetuka diberi nama Raden Gatotkaca oleh Batara Guru.

Di akhir cerita Gatotkaca dinobatkan sebagai Raja Pringgodani oleh Batara Guru atau Sang Hyang Pramesthi yang disaksikan oleh Semar. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *