Halal Bihalal, Ribuan Santri Alumni Ponpes Ploso Jubeli MAJT

Ketua IMAP Jateng KH Sohibul Ulumin Nafi’a menyatakan, antusiasme hadirin karena dimotivasi satu maksud, yaitu bisa sungkem kepada para kiai masyayih Pondok Ploso dalam satu tempat dan satu waktu.
Suasana antrean sungkem para pengasuh Ponpes Ploso di lokasi HBH.

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | SEMARANG | obyektif.id

RUANG Pertemuan (Convention Hall) Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Jalan Gajah Raya, Semarang, Kamis (26/5/2022), dijubeli ribuan santri, yang hampir seluruhnya adalah alumni Pondok Pesantren (Ponpes) Al Falah Ploso, Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Mereka meruah hendak ngalap berkah (tabarrukan) kepada para kiai (masyayih) Ponpes Al Falah Ploso yang hadir lengkap beserta putra-putri, menantu, dan para cucu, dalam acara Halal Bihalal (HBH) Ikatan Mutakhorrijin Al Falah Ploso (IMAP) Jateng dan DIY di masjid terbesar di Jateng tersebut.

Ketua IMAP Jateng KH Sohibul Ulumin Nafia (berdiri paling kiri) mengawasi para hadirin yang antre sungkem pada pengasuh Ponpes Ploso KH Nurul Huda Djazuli, di lokasi HBH.

Para kiai yang hadir, di antaranya KH Nurul Huda Djazuli, Nyai Hj Lailatul Badriyyah Djazuli, Nyai Hj Nafisah, Nyai Hj Likhah, Nyai Hj Mahfudzoh, KH Mufti Ali, dan Gus Kautsar bin Nurul Huda.

Sejak pagi, ratusan bus maupun mobil masuk halaman parkir MAJT. Banyak pula yang membawa sepeda motor maupun naik ojek dari terminal maupun stasiun. 

Anak-anak turut antrean sungkem pada pengasuh Ponpes Ploso KH Nurul Huda Djazuli, di lokasi HBH.

Walau hujan mengguyur Semarang sejak waktu dhuha hingga pukul 10-an, para alumnus pondok pesantren tua di Kediri tersebut antusias hadir. Sebagian membawa keluarganya, sehingga ruangan penuh sesak oleh orang dewasa maupun anak-anak.

Tak pelak, meski panitia sudah merancang acara dengan cara lesehan di atas karpet, tetap saja ratusan orang tak kebagian duduk di dalam hall. Alhasil, mereka yang rata-rata sudah menjadi kiai di daerahnya masing-masing, mencari tempat sendiri di luar ruangan. Termasuk di pinggir tempat parkir kendaraan di basement.

Rois Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidillah Sodaqoh sedang memimpin pembacaan doa.

Setelah acara dimulai dan hujan kembali mengguyur pada pukul 11.00, hadirin “luar ruangan” yang mayoritas aktif di organisasi Nahdlatul Ulama (NU) tersebut, mencari tempat berteduh di pelataran hall, seraya mencopot sandalnya karena lantai basah oleh cipratan air hujan.

Namun “dasar santri”, mereka malah menikmati suasana itu dengan membentuk lingkaran sambil merokok ramai-ramai.

Suasana sungkem kepada para bu nyai di lokasi HBH.

“Malah enak di luar nih. Bisa bebas udud. Di dalam (ruangan) jelas dilarang merokok. Ayo ngelinting, Kang,” ucap Gus Rosikh asal Sarang, Rembang kepada rekan-rekan seangkatannya semasa mondok tahun 1990, di sisi utara teras hall MAJT.

Rida Kiai

Ketua Panitia Halal Bihalal IMAP Jateng & DIY Dr KH Ahmad Izzuddin dalam sambutannya menyampaikan, setiap santri, apalagi yang telah boyong (pulang belajar) dari pondok pesantren dan berstatus alumni, sangat membutuhkan rida kiai.

Ketua Panitia DR KH Ahmad Izzuddin menyampaikan laporan.

“Siapa pun santri, terlebih alumni, sangat butuh restu dari guru. Keridaan kiai, itulah yang kita cari. Kita selalu mengharap berkahnya ilmu,” tutur Rois Syuriyah IMAP Kota Semarang yang juga dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang ini.

Ditanya mengenai kesannya sebagai alumni Pondok Ploso, Izzuddin yang aktif di Lembaga Falakiyah PBNU ini menyatakan, Bumi Ploso memberikan pengetahuan hikmah ajaran salafus shalih, mengajak para santri menuju takwa kepada Allah lewat tarbiyah dan sistem pembelajaran khas pesantren Al Falah.

Suasana sungkem kepada para bu nyai dan masyayih di lokasi HBH.

“Sungguh kami merasakan thariqatut ta’lim wa ta’allum di Pondok Al Falah Ploso. Bukan hanya ajang menumbuhkan potensi dan mengembangkan bakat, tapi juga menuntun santri menjadi pribadi yang taat, menuju kebahagiaan akhirat,” paparnya.

Ketua IMAP Jateng KH Sohibul Ulumin Nafi’a menyatakan, antusiasme hadirin karena dimotivasi satu maksud, yaitu bisa sungkem kepada para kiai masyayih Pondok Ploso dalam satu tempat dan satu waktu.

“Momen halal bihalal ini memang istimewa. Para alumni bersemangat hadir. Sebab bisa sungkem kepada para kiai, bu nyai, dan keluarga pengasuh Pondok Ploso dalam satu waktu dan tempat. Sungguh nikmat,” kata kiai asal Pekalongan yang akrab dipanggil Gus Sohib ini.

Izzuddin menambahkan, HBH IMAP tersebut adalah pertama di Indonesia. Pihaknya merasa puas acara berlangsung sukses. Dengan bukti membeludaknya hadirin hingga 2.800 orang.

Alhamdulillah, halal bihalal pertama IMAP di Semarang sukses. Meriah. Dihadiri para alumni yang tinggal di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Ini akan jadi model HBH IMAP se-Indonesia,” terang kiai ahli falak asal Kudus, yang mendirikan Pesantren Life Skill Darunnajah di Ngaliyan, Kota Semarang ini.

HBH diisi pelantikan pengurus IMAP Jateng oleh pengurus IMAP Pusat. Rois Syuriyah PWNU Jateng KH Ubaidillah Sodaqoh memberi sambutan singkat dan memimpin doa.

Adapun Rois Syuriyah PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail memberi sambutan mewakili Badan Pengelola MAJT.

Ada pula sambutan dari Ketua IMAP Pusat KH Agus Karim, dan pesan singkat Gus Kautsar, dilanjut wasiat singkat Pengasuh Ponpes Ploso KH Nurul Huda Djazuli.

Turut hadir, Pengasuh Ponpes API Tegalrejo Magelang KH Yusuf Chudlori, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, dan sejumlah tamu undangan.

Usai acara, seluruh anggota IMAP maupun sanak familinya bersalaman mencium tangan para kiai dan bu nyai yang duduk di kursi di panggung. Karena ribuan orang antre bersalaman, acara sungkeman itupun berlangsung hingga lebih dari dua jam.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *