“Ketiga karya yang baru selesai proses cetaknya ini saya persembahkan untuk Ibu Bupati Umi Azizah, tokoh inspiratif pemimpin perempuan yang luar biasa di Kabupaten Tegal,” kata Imada Cahya Septiyaningsih.
REPORTER: Nasichi | EDITOR: Dwi Roma | TEGAL | obyektif.id
TEPAT di Hari Kartini, seorang perempuan muda berkebaya nan anggun datang ke Rumah Dinas Bupati Tegal, Rabu (21/04/2021) sore. Kedatangannya dari Desa Bumijawa, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal ini adalah untuk memberikan kado istimewa kepada Bupati Tegal Umi Azizah.
Imada Cahya Septiyaningsih, begitu nama lengkap perempuan kelahiran Tegal, 22 September 1994 ini. Profesinya adalah guru sejarah di SMA Negeri 1 Bojong, Kabupaten Tegal.
Namun, di luar profesinya sebagai pendidik, dia adalah seorang penulis aktif dan pegiat literasi. Tak sedikit prestasi yang berhasil dia raih dari puluhan ajang kompetisi menulis artikel dan sastra, baik di tingkat daerah maupun nasional.
Imada adalah lulusan Universitas Negeri Semarang (Unnes), dengan sederet prestasi akademik dan nonakademik. Aktif di sejumlah organisasi dan ditunjang kemampuannya yang baik dalam hal public speaking, mengantarkan Imada berkesempatan menjadi presenter di sejumlah acara, baik di dalam maupun di luar negeri.
Pada kesempatan ini, Imada memberikan tiga buah buku karyanya terbitan Guepedia kepada orang nomor satu di Kabupaten Tegal. Ketiga buku tersebut adalah novel berjudul Babak Baru di Langit Biru, Surat Cinta untuk Allah, dan Quotes Motivasi-Inspirasi Pengendalian Diri.
“Ketiga karya yang baru selesai proses cetaknya ini saya persembahkan untuk Ibu Bupati Umi Azizah, tokoh inspiratif pemimpin perempuan yang luar biasa di Kabupaten Tegal,” kata Imada.
Dia mengaku senang bisa bertemu dan berdialog langsung dengan Bupati Tegal Umi Azizah. Selain buku, tak sedikit karya tulis yang telah dihasilkannya, mulai dari antologi hingga artikel di kolom opini media cetak lokal.
Ditanya Bupati Tegal Umi Azizah soal bakat menulisnya, Imada mengaku, passion menulisnya sudah muncul sejak kelas empat sekolah dasar. Selain terinspirasi penulis novel Andrea Hirata dan Asma Nadia, motivasi menulisnya adalah untuk berbagi cerita, pengalaman, dan pengetahuan kepada orang lain melalui karyanya.
“Berbagi cerita dan pengalaman melalui tulisan adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya, meski mungkin di sana (tulisannya) masih banyak kekurangannya. Namun, pada prinsipnya, setiap manusia pasti akan meninggal, tapi tidak dengan karyanya, termasuk karya tulis. Dari menulis, saya ingin meninggalkan hal yang baik, karena Imada boleh tiada, tapi tidak dengan tulisan-tulisannya,” ungkapnya.
Mendapat kado istimewa di Hari Kartini, Umi Azizah mengaku bangga dan kagum dengan bakat menulis Imada.
“Indonesia butuh Kartini-Kartini muda yang tidak saja berbakat, tapi juga memiliki semangat membawa perubahan positif bagi lingkungannya. Terlebih, Imada ini adalah seorang guru, maka pengaruhnya ke peserta didiknya akan semakin besar,” tutur Bupati Umi Azizah.***