Membedah “Antawacana di Sunyi …” Perpusda

Berpijak pada tema-tema seputar pewayangan, membaca cerpen-cerpen di Buku Kumpulan Cerpen Antawacana di Sunyi Kurusetra karya Achiar M Permana berasa menikmati narasi dalam kata yang bercahaya. Ibarat menatap langit malam yang berpendar bintang-bintang.
Gedung Perpusda Kendal, tempat helat Bedah Buku Kumpulan Cerpen Antawacana di Sunyi Kurusetra karya Achiar M Permana. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

REPORTER/EDITOR: Dwi NR | KENDAL | obyektif.id

BUKU karya terbaru Achiar M Permana yang terbit tahun ini, Antawacana di Sunyi Kurusetra dibedah dalam forum Bedah Buku SambangSastra#5 di salah satu ruang di Lantai II Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Kendal, Sabtu (7/10/2023).

“Tuan rumah” Slamet Priyatin menghadirkan Penyair sekaligus Pengelola Pesantren Sastra Beno Siang Pamungkas dan Heri Candra Santosa, penulis sekaligus pegiat Komunitas Lereng Medini, sebagai pembedah buku kumpulan cerpen terbitan Cipta Prima Nusantara dan Dadeeara Book itu.

“Tuan rumah” Slamet Priyatin bersama Sekretaris Dinarpus Andy Nur Karendra dan Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Kendal Ardhi Prasetiyo. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Bedah buku dihadiri Kepala Dinas Kominfo Ardhi Prasetiyo dan Sekretaris Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarpus) Kabupaten Kendal Andy Nur Karendra, yang sekaligus “membuka” acara.

Meski terbilang sepi peserta, karena dihelat di jam sekolah atau jam kerja, mulai pukul sembilan hingga lepas tengah hari, Andy Nur Karendra menyambut positif gelaran bedah buku ini.

“Saya yakin, kegiatan literatif semacam ini bisa turut meramaikan dan lebih memantik minat masyarakat berkunjung ke Perpusda Kendal, yang tercatat rekor Muri sebagai Perpusda terluas di Indonesia untuk tingkat kabupaten,” kata Andy.

Sekretaris Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarpus) Kabupaten Kendal Andy Nur Karendra. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Diawali tayangan video pembacaan cerpen Antawacana di Sunyi Kurusetra karyanya, Achiar lantas menyambung dengan pengantar diskusi bahwa kisah-kisah pewayangan yang dia gemari menjadi inspirasi utamanya dalam menerbitkan kumpulan cerpen ini.

Buku Kumpulan Cerpen Antawacana di Sunyi Kurusetra memuat 12 cerpen yang berangkat atau berpijak dari kisah-kisah pewayangan. Sebagian besar memanfaatkan kisah wayang untuk memotret fenomena dan problematika hari ini. Selebihnya berupa penafsiran ulang atas kisah-kisah wayang yang ada.

Tema-tema seputar pewayangan memang jadi ciri khas karya-karya Achiar selama ini.

Achiar M Permana, sang pengarang membeber seputar Antawacana di Sunyi Kurusetra. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Sebelum menerbitkan Kumpulan Cerpen Antawacana di Sunyi Kurusetra (2023), wartawan Tribun Jateng ini telah terlebih dulu menerbitkan Buku Kumpulan Esai Dusta Yudhistira: Hoax Bertahta di Media Kita (2018) dan Kumpulan Puisi Sepasang Amandava pada 2020.

Karya yang disebutkan terakhir mendapatkan Penghargaan Prasidatama dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah sebagai antologi puisi terbaik.

Meski digarap dalam tiga bentuk berbeda, yakni esai, puisi, dan cerpen, ketiga buku tersebut punya benang merah yang sama, yakni berpijak pada kisah pewayangan.

Sembari membaca Buku Kumpulan Cerpen Antawacana di Sunyi Kurusetra, sorang peserta menyimak bedahan Beno Siang Pamungkas. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Tak keliru jika Achiar menyebut ketiga karyanya itu sebagai trilogi. Bahkan berpotensi jadi tetralogi, karena dia juga berkeinginan menulis novel dengan corak serupa.

“Menulis buku-buku tersebut, kepentingan saya cuma agar wayang bisa kembali hidup dan generasi muda mau melirik wayang. Sebab memiliki kaitan dengan kondisi kekinian,” ungkapnya.

Dipandu Muslichin, seorang Guru Sejarah di SMA Negeri 2 Kendal yang juga Ketua Lemabaga Seni Budaya Muslimin (Lesbumi) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Kendal, bedah buku dan diskusi berlangsung seru dan bermutu.

Achiar M Permana saat diwawancara. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Membedah Kumpulan Cerpen Antawacana di Sunyi Kurusetra, Beno Siang Pamungkas blak-blakan menyebut plus-minus Achiar dalam cerpen-cerpennya.

Menurut Beno, ciri utama dalam kumpulan cerpen ini adalah pola penceritaan yang mayoritas serupa.

Sembilan dari 12 cerpen karya Achiar di kumpulai cerpen ini dimulai dengan prolog seorang anak yang meminta ayahnya bercerita. Model penceritaan dan ending-nya pun nyaris sama persis.

Ali, peserta yang menyebut pola penceritaan cerpen-cerpen Achiar mirip hadis. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Ali, seorang peserta diskusi malah menyebut pola penceritaan cerpen-cerpen Achiar mirip hadis atau gaya bertutur riwayat-riwayat dalam hadis.

Pembedah kedua, Heri Candra Santosa tak jauh beda. Pada penggarapan cerpen-cerpennya, menurut dia, Achiar menggunakan metode kisah berbingkai untuk membabar lakonnya. Ini mengingatkannya pada Kisah 1001 Malam di Timur Tengah. Sebuah karya sastra wiracarita yang lahir pada Abad Pertengahan.

Selebihnya, Heri mengaku cukup menikmati saat membaca cerpen-cerpen karya Achiar sebagai narasi dalam kata yang bercahaya. Ibarat menatap langit malam yang berpendar bintang-bintang.

Di samping pemandu acara Muslichin, Heri Candra Santosa cukup ekspresif membedah Buku Kumpulan Cerpen Antawacana di Sunyi Kurusetra karya Achiar M Permana. // KLIK gambar untuk nonton VIDEO-nya!

Dalam kalimat lain, Heri malah menyodorkan istilah baru bagi karya-karya Achiar sebagai “cerpen yang esaik” atau “esai yang cerpenik”.

Betapapun, layak disayangkan ketika kegiatan literatif yang bermutu seperti ini harus sepi peserta. Jadi, ibarat membedah Antawacana di Sunyi … Perpusda.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *