Sastrawan Afrizal Malna mengaku sangat bahagia menerima “jamuan” dadakan PSK. Apa alasannya?

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | KENDAL | obyektif.id
BINAR bahagia menyemburat di wajah sastrawan Afrizal Malna, kala diundang dan dijamu Pelataran Sastra Kaliwungu (PSK) dalam acara bertajuk NgopiSastra#23 “Menjamu Afrizal” di Teras Budaya Profesor Mudjahirin Thohir, Kampung Sabranglor Timur, Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Jumat (15/9/2023), pukul 19.30-21.30.
Presiden PSK Bahrul Ulum A Malik mengatakan, kehadiran Afrizal bisa dimaknai sebagai perayaan atas pertemuan tidak terduga antara PSK bersama sastrawan senior itu di Bumi Jabal Kaliwungu, malam sebelumnya, Kamis (14/9/2023), dalam sebuah perhelatan Festival Seni Performa Kaliwungu 2023 yang diinisiasi Kampung Ragam Warna Kaliwungu.

“Setiap pertemuan layak dirayakan, meski dengan begitu sederhana,” ujar Bahrul Ulum.
Dan perayaan itu mewujud berupa acara ngobrol santai bertajuk NgopiSastra#23 “Menjamu Afrizal”, sebagai bagian dari rangkaian Kendal Puisi Award 2023.
Afrizal Malna mengaku sangat bahagia menerima “jamuan” dadakan PSK. Setidaknya ini menjadi momentum bersejarah baginya, karena untuk kali pertama bisa bertemu serta ngobrol santai secara langsung dengan rekan-rekan pegiat sastra, teater, dan seni budaya Pantura, khususnya Kota Santri Kaliwungu, Kendal yang menjadi peserta acara terbuka untuk umum dan gratis ini.

“Saya sangat mengapresiasi semangat para pegiat sastra Pantura, yang intens berkhidmat menghidupkan dunia literasi atau sastra;” kata Afrizal tanpa basa-basi.
Sebuah pernyataan yang tulis, karena dia melihat saat ini masyarakat telah dikepung dengan kehadiran teknologi digital dan artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan, termasuk dalam menghasilkan karya-karya sastra.
Pegiat PSK yang didapuk menjadi “kawan ngopi” di NgopiSastra#23, Setia Naka Andrian mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran sastrawan sekelas Afrizal Malna.
“Afrizal merupakan mutiara sekaligus mahaguru sastra. Karya-karyanya banyak memengaruhi proses kreatif, terutama di awal-awal perjalanan kepenulisan saya,” akunya.

Bahkan, Naka tak menampik anggapan sebagian besar masyarakat maupun peserta NgopiSastra#23 bahwa dirinya sebagai epigon karya-karya Afrizal Malna, yang dikenal dengan pilihan gaya bahasa khas dan bernas.
Afrizal Malna adalah penyair atau sastrawan putra Sutan Malin Bagindo dan Nurjanah. Lahir di Jakarta, 7 Juni 1957, pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (tidak selesai).
Dia menikah kali pertama dengan Herawati Hermanu, 5 Mei 1984, kemudian dengan Siti Zar’ah dan dikaruniai seorang putra bernama Agharid.

Sejak 1983 hingga 1993, Afrizal banyak menulis teks pertunjukan Teater Sae. Namanya dikenal secara luas melalui karya-karyanya berupa puisi, cerita pendek, novel, esai sastra yang dipublikasikan di berbagai media massa.
Tak sedikit penghargaan yang diraih di Indonesia maupun mancanegara. Berskala nasional maupun internasional.
Sejauh ini, perjalanan Afrizal Malna dinilai telah membuka pintu persajakan baru yang khas miliknya. Dia telah menemukan bahasanya sendiri yang unik dan berkelas.
Sastrawan sekaliber HB Jassin, menyebut bahwa sajak-sajak Afrizal dahsyat dan menggolongkannya sebagai penyair berjenis surealisme, sebagaimana Zawawi Imron, Sutardji Calzoum Bachri, dan Sapardi Djoko Damono.***