Dengan berjalan kaki menyusuri tebing, keberadaan petilasan Syekh Subakir memang masih bisa ditemui. Berdiri “kokoh” di atas tebing, menghadap ke selatan, dikelilingi jurang yang dalam. Suasana di dalam petilasan terasa dingin dan senyap.

REPORTER: Sukamto | EDITOR: Dwi Roma | WONOGIRI | obyektif.id
KABUPATEN Pacitan, Jawa Timur ternyata punya destinasi wisata andalan yang sedang ngetren. Astono Gentong namanya. Obyek wisata yang juga lazim disebut Sentono Gentong ini berada di Desa Dadapan, Kecamatan Pringkuku.
Lokasi wisata Sentono Gentong mudah dijangkau. Tak hanya mengendarai sepeda motor, untuk menuju ke tempat ini juga bisa menggunakan kendaraan roda empat jenis minibus.
Jalan menuju Sentono Gentong juga terbilang mulus. Cor semen, lengkap dengan petunjuk jalan yang memudahkan.

Sepanjang perjalanan, para pelancong bisa menikmati keindahan penorama alam yang menawan. Gugusan Pegunungan Seribu membentang, dengan eksotika yang menyerupai tokoh wayang raksasa maupun patung-patung binatang. Ada pula deretan stalaktit-stalakmit, yang menyajikan pemandangan unik dan artistik.
Tak sebatas itu, para wisatawan juga dimanjakan dengan kepungan hutan heterogen yang menghijau subur. Pohon jati, akasia, mahoni, flamboyan, nyiur, rumput kalanjana, gelagah, hingga kumis kucing yang sedang mekar, begitu elok tersaji menghiasi jalan raya Solo-Pacitan.
Tak berlebihan, Taman Wisata Sentono Gentong benar-benar menyuguhkan keindahan alam, dengan beberapa dataran tinggi bertebing curam seindah Tebing Ngarai Sianok, Bukittinggi, Sumatera Barat.

Selain semilir angin dan udara sejuk pegunungan, Sentono Gentong juga dilengkapi balai pertemuan, gazebo, warung jajan, taman bunga, musala, dan kamar mandi.
Ada pula sejumlah patung serta rumah petilasan berpagar batu rijang, bugenvil, serta mawar merah yang mekar merekah.
Menyambut kedatangan pengunjung, gapura masuk Taman Wisata Sentono Gentong didesain anggun, dengan pelataran dan tempat parkir kendaraan yang lumayan luas.

Semua itu bisa didapatkan wisatawan cukup dengan merogoh Rp 10 ribu, untuk tiket masuk per orang.
Puluhan gazebo siap memanjakan pengunjung untuk menikmati aneka jajanan khas Desa Dadapan, seperti pisang goreng, kacang godhog, tempe goreng, dan kelapa muda.
Taman Wisata Sentono Gentong diresmikan oleh Bupati Pacitan, 2018 silam. Waktu itu, peresmian dimeriahkan dengan atraksi paralayang oleh sekitar 70 atlet nasional.

Dengan topografi berupa dataran tinggi yang luas, disertai tiupan angin kencang dekat Pantai Pacitan, Sentono Gentong memang potensial untuk kegiatan paralayang. Tak haran jika saat ini juga sudah tersedia landasan paralayang standar nasional.
Mengenai asal-usul nama Sentono Gentong, boleh jadi masih samar. Namun, menurut beberapa cerita sesepuh setempat, konon rumah tua yang berada di atas jurang yang berada di kawasan ini merupakan petilasan Syekh Subakir kala melakoni semedi.
Di tempat itu pula, konon, dulu juga terdapat sebuah gentong atau tempat air, yang sekarang sudah tidak ada lagi alias tak jelas rimbanya.
Dengan berjalan kaki menyusuri tebing, keberadaan petilasan Syekh Subakir memang masih bisa ditemui. Berdiri “kokoh” di atas tebing, menghadap ke selatan, dikelilingi jurang yang dalam. Suasana di dalam petilasan terasa dingin dan senyap.
Taman Wisata Sentono Gentong buka 24 jam nonstop. Maklum, keindahan destinasi ini tidak hanya bisa dinikmati siang hari.
“Pada malam hari, pengunjung justru bisa menikmati panorama Kota Pacitan dengan kerlip lampu-lampunya, serta keindahan semburat sinar merah tembaga mentari menjelang fajar menyingsing,” tutur Iwan, seorang penjual kelapa muda.
Betatapun, Taman Wisata Sentono Gentong merupakan obyek wisata yang menawarkan keunikan, artistik dan estetik, cocok untuk berswafoto.
Sebagai catatan, pengunjung Taman Wisata Sentono Gentong sebaiknya berhati-hati dan mematuhi aturan. Lokasi yang didominasi tebing curam tanpa pagar, boleh jadi merupakan “peringatan” tak tertulis agar pengunjung meningkatkan kehati-hatian, terlebih jika mengajak anak-anak.***