Kehadiran “mendadak” kedua putra Pengasuh Ponpes Al Fadllu wal Fadlillah, Kampung Jagalan, Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu yang didampingi Kepala Desa (Kades) Kutoharjo Ivan Styawan ini benar-benar menjadi kejutan istimewa bagi jemaah.

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | KENDAL | obyektif.id
BERTEPATAN dengan Peringatan 40 Hari Kiai Haji (KH) Dimyati Rois, KH Ali Nurudin atau akrab disapa Ustaz Ali menggelar Istighotsah Musabiat dan doa bagi almarhum di Pondok Pesantren (Ponpes) Jabal Nur, Bukit Jabal, Desa Protomulyo, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Jumat (22/7/2022) malam.
Istighotsah musabiat rutin digelar di Ponpes Jabal Nur setiap selapanan, Jumat malam Sabtu Wage. Di luar itu, saban Jumat malam Sabtu sepekan sekali, dihelat pengajian rutin bersama santri dan masyarakat.

Kali ini, ada yang istimewa dari biasanya. Tak hanya diikuti ratusan jemaah; santri maupun warga masyarakat, pengajian yang diisi istighotsah musabiat ini juga dihadiri dua putra Almarhum KH Dimyati Rois, yaitu KH Fadlullah (Gus Fad) dan H Qomaruzzaman (Gus Zaman).
Kehadiran “mendadak” kedua putra Pengasuh Ponpes Al Fadllu wal Fadlillah, Kampung Jagalan, Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu yang didampingi Kepala Desa (Kades) Kutoharjo Ivan Styawan ini benar-benar menjadi kejutan istimewa bagi jemaah.

Selazimnya, diawali dengan shalawat nabi, jemaah tampak khusuk mengikuti istighotsah musabiat dan panjatan doa-doa terbaik bagi KH Dimyati Rois, tepat di hari ke-40 wafatnya ulama kharismatik yang akrab disapa Abah Dim dan sekaligus juga guru besar bagi Ustaz Ali tersebut.
Terlebih ketika Gus Fad menggenapi dengan doa-doa penutup dan menyampaikan beberapa patah kataseputar riwayat istighotsah musabiat, kegiatan atau amalan doa bersama yang ditradisikan KH Dimyati Rois saban malam Jumat Kliwon di Ponpes Alfadlu wal Fadlillah, semasa hidupnya.

Di depan jemaah, Gus Fad mengapresiasi Ustaz Ali, yang istikamah meneruskan tradisi menghelat istighotsah musabiat di Ponpes Jabal Nur, sebagaimana yang diamalkan almarhum ayahnya. Tak terkecuali yang digelar bertepatan dengan Peringatan 40 Hari KH Dimyati Rois kali ini.
“Jujur saya katakan, Abah Dim pula yang kali pertama membuka atau mengawali gelaran istighotsah musabiat di Ponpes Jabal Nur ini, 2009 silam,” ungkap Gus Fad.

Melengkapi sang kakak, Gus Zaman menambahkan bahwa Ustaz Ali merupakan murid atau santri Abah Dim, yang begitu dekat dan sudah dianggap seperti anak kandung sendiri.
Untuk itu, khususnya kepada para santriwati Ponpes Jabal Nur, Gus Zaman berpesan agar selalu takzim dan berkhidmat dengan apa yang diajarkan Ustaz Ali.

“Sebab, sejatinya, sanad ilmu atau ajaran Ustaz Ali sama atau bersandar langsung dari KH Dimyati Rois,” ujar Gus Zaman.
Usai acara, Ustaz Ali membenarkan semua yang disampaikan Gus Fad maupun Gus Zaman. Baginya, Abah Dim memang lebih dari sebatas orangtua atau ayah yang penuh kasih sayang, namun juga ulama sekaligus guru besar yang sarat ilmu dan nasihat.
Abah Dim di matanya merupakan sosok pengayom dan penyabar, yang hampir tak pernah menyakiti orang lain di sepanjang hidupnya.
“Almarhum selalu mengajarkan tentang welas asih dan kepedulian, yang senantiasa mendulukan kepentingan orang lain ketimbang dirinya sendiri,” tutur Ustaz Ali.
Sebagai “anak” sekaligus santri, Ustaz Ali berjanji akan melanjutkan perjuangan, dakwah dan ajaran-ajaran Abah Dim, yang lekat dengan keteduhan dan kesantunan. Salah satunya melalui istighotsah musabiat dan doa-doa terbaik bersama para santri dan jemaahnya.
Istighotsah musabiat sendiri merupakan amalan dari KH Dimyati Rois, yang diturunkan dari gurunya, KH Ahmad Rukyat atau Mbah Rukyat.
Dulu, ketika KH Dimyati Rois masih mondok di Ponpes APIK Kaliwungu asuhan KH Ahmad Rukyat, setiap ada persoalan, sang guru selalu mengajak Abah Dim untuk ber-istighotsah musabiat.
KH Ahmad Rukyat mendapatkan amalan zikir musabiat itu dari gurunya, KH Idris, Jamsaren, Solo. KH Idris mendapatkannya dari gurunya, KH Sholeh Darat, Semarang. Sedangkan KH Sholeh Darat mendapatkannya dari KH Nawawi Banten, yang mengamalkan dari kitab.
Dinamakan istighotsah musabiat, karena seluruh kalimat dibaca tujuh kali, dari Bahasa Arab sab’ah yang artinya “tujuh”, dan yang dibaca adalah surah-surah pendek.
Di dalam Kitab Sahih Bukhari disebutkan, bacaan dalam musabiat adalah Surah Al-Insyirah tujuh kali, Al-Qadr tujuh kali, Al-Ikhlas tujuh kali, serta Al-Falaq dan An-Nas tujuh kali.
Sementara dalam Kitab Ihya Ulumuddin, bacaan dalam musabiat adalah Surah Al-Ikhlas tujuh kali, Al-Falaq tujuh kali, dan An-Nas tujuh kali.
Semasa hidupnya, KH Dimyati Rois senantiasa rutin menggelar istighotsah musabiat malam Jumat Kliwon di Ponpes Alfadlu wal Fadlillah yang diasuhnya, yang diikuti ribuah jemaah dari berbagai kota di Jawa Tengah.
Istighotsah musabiat malam Jumat Kliwon di Ponpes Alfadlu wal Fadlillah, biasa diawali dengan bacaan doa istighfar 41 kali, istighfar 100 kali, “Robbana dzolamna” 21 kali, “Allahumma antassalam” sebanyak tujuh kali, kemudian Surah Al-Fatihah tujuh kali, Al-Qadr tujuh kali, Al-Insyirah tujuh kali, Al-Ikhlas tujuh kali, Al-Falaq tujuh kali, dan Surah An-Nas tujuh kali. Tambahan tersebut adalah amalan dari KH Nawawi Banten.
Istighotsah musabiat serupa dilanjutkan dan diteruskan rutin satu selapanan sekali di Ponpes Jabal Nur asuhan KH Ali Nurudin, setiap Jumat malam Sabtu Wage, hingga sekarang.***