Pemkot Andalkan Si Bening Tekan Stunting

Wali Kota Hendrar Prihadi optimistis jika Si Bening, yang lebih bersifat swadaya melibatkan masyarakat, akan efektif menekan angka stunting di Kota Semarang.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi berdialog dengan sejumlah ibu pemilik balita dalam peluncuran Program Si Bening di Balai Kelurahan Salaman Mloyo, Kecamatan Semarang Barat.

REPORTER: Anggraito | EDITOR: Dwi Roma | SEMARANG | obyektif.id

SEBAGAI wujud komitmen dalam menurunkan angka stunting atau kekerdilan di wilayah Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengajak masyarakat untuk bergotong royong melalui Program “Semua Ikut Bergerak Bersama Menangani Stunting” atau Si Bening.

Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang meluncurkan Program Si Bening dalam rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Balai Kelurahan Salaman Mloyo, Kecamatan Semarang Barat, Selasa (12/7/2022).

Wali Kota Hendrar Prihadi bekerja sama dengan Forum Kota Sehat Kota Semarang yang diketuai Krisseptiana Hendrar Prihadi (pertama kiri).

Hendi, sapaan akrab Wali Kota Hendrar Prihadi optimistis jika Si Bening akan efektif menekan angka stunting di Kota Semarang.

“Konsep Si Bening ini pada dasarnya adalah gotong royong. Sama seperti saat kita peluncuran Siswa Cari Jentik (Sicentik), yang penerapannya bergerak bersama dalam pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD). Alhamdulillah angka DBD di Kota Semarang terbukti bisa ditekan. InsyaAllah jika semua bergerak bersama, persoalan di Kota Semarang dapat diselesaikan dengan cepat, termasuk stunting,” terang Hendi.

Sebelumnya, Pemkot Semarang juga telah membentuk Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) di 16 kecamatan, yang merupakan program penanganan stunting, berupa pemberian makanan tambahan, penempatan Petugas Surveilans Kesehatan (Gasurkes) di setiap kelurahan, dan pemantauan ibu hamil.

Berbeda dengan Dashat yang menggunakan anggaran dari pemerintah, Si Bening lebih bersifat swadaya melibatkan masyarakat.

“Tapi jika ternyata (Si Bening) masih kurang mencapai target, maka akan kita lakukan inovasi-inovasi lainnya. Jadi kita lihat dulu sesuai situasi dan kondisi,” tandas Hendi.

Sementara Ketua Forum Kota Sehat Kota Semarang Krisseptiana Hendrar Prihadi berharap bantuan yang telah diberikan Pemkot Semarang bisa diteruskan oleh stakeholder yang lain, untuk bersama-sama mengatasi persoalan kekerdilan di Kota Semarang.

Tia, sapaan karib Krisseptiana Hendrar Prihadi mengungkapkan, Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Kesehatan Kota (DKK) telah menyalurkan bantuan kepada anak-anak stunting dengan memberikan makan 3 kali sehari selama 2 bulan.

Namun hal tersebut tidak mungkin akan berlanjut terus, mengingat biaya yang dibutuhkan sangat besar.

Tia berharap, pemberian bantuan ini akan diteruskan oleh lurah maupun muspida-muspida sebagai orang tua asuh.

“Tinggal bagaimana empati dan kepedulian kita. Sederhananya, kalau kita melihat di lingkungan kita ada anak yang kurus dan terlihat kurang tumbuh kembangnya, ya mari kita bantu agar menjadi sehat. Intinya kita harus bergerak bersama,” tegasnya.

Selain mengupayakan penurunan angka stunting, Pemkot Semarang melalui dinas terkait seperti Dinas Pengendalian Penduduk (Disdalduk) dan Kantor Urusan Agama (KUA) juga melakukan tindakan preventif dengan cara mendampingi dan mengedukasi calon pengantin maupun ibu hamil mengenai stunting.

“Harapannya, hal ini dapat memutus mata rantai stunting di Kota Semarang,” terang Tia.

Menurut data operasi timbang, angka stunting di Kota Semarang adalah 3,10% atau 1.367 dari 44.058 anak. Sedangkan menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), tercatat 21,3% atau 65 dari 306 anak yang mengalami gagal tumbuh.

Sesuai target nasional yang disampaikan Presiden Joko Widodo, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi optimis dapat menekan turun angka stunting di Semarang menjadi 14% di tahun 2024.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *