Ustaz Ali terlihat belum bisa menyembunyikan kesedihan dan duka mendalam ditinggal KH Dimyati Rois. Baginya, Abah Dim lebih dari orangtua atau ayah yang penuh kasih sayang, namun juga ulama sekaligus guru besar yang sarat ilmu dan nasihat.

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | KENDAL | obyektif.id
KIAI Haji (KH) Ali Nurudin atau akrab disapa Ustaz Ali menggelar istighotsah musabiat dan doa bagi KH Dimyati Rois di Pondok Pesantren (Ponpes) Jabal Nur, Bukit Jabal, Desa Protomulyo, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Jumat (17/6/2022) malam. Kegiatan diikuti ratusan jemaah, santri maupun warga masyarakat.
Istighotsah musabiat rutin digelar di Ponpes Jabal Nur setiap selapanan, Jumat malam Sabtu Wage. Selain itu, saban Jumat malam Sabtu sepekan sekali, dihelat pengajian rutin bersama santri dan masyarakat.

Diawali dengan shalawat nabi, jemaah tampak khusuk mengikuti istighotsah musabiat dan memanjatkan doa-doa terbaik bagi KH Dimyati Rois, tepat di malam hari kedelapan wafatnya ulama kharismatik yang akrab disapa Abah Dim dan sekaligus juga guru besar bagi Ustaz Ali tersebut.
Usai acara, Ustaz Ali terlihat belum bisa menyembunyikan kesedihan dan duka mendalam ditinggal KH Dimyati Rois.

“Bagi saya, Abah Dim lebih dari orangtua atau ayah yang penuh kasih sayang, namun juga ulama sekaligus guru besar yang sarat ilmu dan nasihat,” ungkap Ustaz Ali.
Sebagai “anak” sekaligus santri, Ustaz Ali berjanji akan melanjutkan dakwah dan ajaran-ajaran Abah Dim, yang lekat dengan keteduhan dan kesantunan. Salah satunya melalui istighotsah musabiat dan doa-doa terbaik bersama santri-santri dan jemaahnya.

Ustaz Ali menerangkan, istighotsah musabiat sendiri merupakan amalan dari KH Dimyati Rois, yang diturunkan dari gurunya, KH Ahmad Ru’yat atau Mbah Ru’yat. Dulu, ketika KH Dimyati Rois masih mondok di Ponpes APIK Kaliwungu asuhan KH Ahmad Ru’yat, setiap ada persoalan, sang guru selalu mengajak Abah Dim untuk ber-istighotsah musabiat.
“KH Ahmad Ru’yat mendapatkan amalan zikir musabiat itu dari gurunya, KH Idris, Jamsaren, Solo. KH Idris mendapatkannya dari gurunya, KH Sholeh Darat, Semarang. Sedangkan KH Sholeh Darat mendapatkannya dari KH Nawawi Banten, yang mengamalkan dari kitab,” rinci Ustaz Ali.

Dinamakan istighotsah musabiat, dikarenakan seluruh kalimat dibaca tujuh kali, dari Bahasa Arab sab’ah yang artinya “tujuh”, dan yang dibaca adalah surah-surah pendek.
Di dalam Kitab Sahih Bukhari disebutkan, bacaan dalam musabiat adalah Surah Al-Insyirah tujuh kali, Al-Qadr tujuh kali, Al-Ikhlas tujuh kali, serta Al-Falaq dan An-Nas tujuh kali.

Sementara dalam Kitab Ihya Ulumuddin, bacaan dalam musabiat adalah Surah Al-Ikhlas tujuh kali, Al-Falaq tujuh kali, dan An-Anas tujuh kali.
Semasa hidupnya, KH Dimyati Rois senantiasa rutin menggelar istighotsah musabiat malam Jumat Kliwon di Ponpes Alfadlu wal Fadlillah yang diasuhnya, yang diikuti ribuah jemaah dari berbagai kota di Jawa Tengah.
Istighotsah musabiat malam Jumat Kliwon di Ponpes Alfadlu wal Fadlillah, biasa diawali dengan bacaan doa istighfar 41 kali, istighfar 100 kali, “Robbana dzolamna” 21 kali, “Allahumma antassalam” sebanyak tujuh kali, kemudian Surah Al-Fatihah tujuh kali, Al-Qadr tujuh kali, Al-Insyirah tujuh kali, Al-Ikhlas tujuh kali, Al-Falaq tujuh kali, dan Surah An-Nas tujuh kali. Tambahan tersebut adalah amalan dari KH Nawawi Banten.***