Sepanjang menjalin hubungan asmara dengan Wahyu, yang berstatus duda satu anak, Mentari merasa ditipu luar-dalam. Dia seringkali dimintai uang, hingga mencapai jutaan rupiah, untuk berbagai alasan yang tak jelas.

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | SEMARANG | obyektif.id
DEMI cinta, Mentari (32) –bukan nama sebenarnya— rela meninggalkan pekerjaannya sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hongkong untuk menemui Wahyu Triguna (32), teman sekolah yang kini jadi kekasihnya di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Tapi perjalanan panjang itu hanyalah pepesan kosong. Janji sang kekasih, yang ingin menikahinya, cuma isapan jempol belaka.
Alih-alih menikahinya, Wahyu malah memanfaatkan dirinya. Mentari digerogoti luar-dalam. Dia seringkali dimintai uang, hingga mencapai jutaan rupiah, untuk berbagai alasan yang tak jelas. Salah satunya, untuk biaya pernikahan mereka nanti.

Bahkan, dengan dalih untuk pembuktian cinta, Wahyu kerap mengajak Mentari kencan di beberapa hotel di Semarang dan Kabupaten Kendal. Mentari dipaksa melayani nafsu birahi sang pacar. Berkali-kali mereka melakukan hubungan layaknya suami-istri.
Kesal dengan semua kelakuan Wahyu, Mentari nekat memutuskan mendatangi Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aliansi Tajam di Jalan KH Abdullah Sajad, Kelurahan Sendangguwo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Rabu (15/9/2021).
Mentari tidak datang sendirian. Dengan mengendarai sebuah mobil sedan yang diparkir di depan Kantor Aliansi Tajam, kedatangan Mentari yang didampingi keluarga diterima langsung Ketua Umum Aliansi Tajam KHR Abah Sulthon Basyaiban.

Kepada Abah Sulthon yang juga pimpinan Padepokan Ki Ageng Sendang (Pondok Al Machasin), Mentari melaporkan tentang kemelut asmaranya dengan Wahyu Triguna, kekasihnya yang beralamat di Jalan Tambakaji, RT 3/RW 1, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.
Sepanjang menjalin hubungan asmara melalui media sosial (medsos) dengan Wahyu, yang berstatus duda satu anak, Mentari merasa ditipu luar-dalam.
Karena janji Wahyu yang mau menikahinya, Mentari sampai rela melepas pekerjaannya selama ini sebagai TKI di Hongkong. Tanpa pikir panjang, dia pulang ke kampung halaman, Semarang, Indonesia.

Di depan Abah Sulthon, Mentari terang-terangan mengaku bahwa sepulang dari Hongkong, dia sering diajak Wahyu ke mana-mana. Puncaknya, dia rela melayani ajakan kekasihnya melakukan hubungan layaknya suami-istri, hingga berkali-kali.
“Yang pertama dilakukan di hotel di kawasan Tugu, Semarang. Yang lain di hotel di wilayah Kecamatan Kaliwungu, Kendal. Selama saya pulang ke Indonesia, sudah lima kali saya diajak ‘begituan’,” ungkap Mentari, dengan suara terbata.
Mentari mengaku mau diajak melakukan perbuatan dosa itu, karena dia yakin bakal dinikahi Wahyu.

“Maka tujuan saya menghadap Abah Sulthon ini, saya mau minta keadilan. Karena saya merasa ditipu. Yang katanya mau menikahi saya, Wahyu malah menikah dengan wanita lain di daerah Kaliwungu, hari Sabtu, tanggal 18 September 2021 ini,” beber Mentari.
Atas curhatan nasib Mentari, yang sampai tiga kali datang ke Aliansi Tajam, Abah Sulthon menanggapinya secara bijak.
“Saya ini bukan aparat hukum. Tapi, kalau nanti Wahyu benar-benar terbukti ada pelanggaran hukum, berupa dugaan penipuan dan perzinahan, ya kami, Aliansi Tajam siap mendampingi untuk melaporkan ke aparat hukum atau polisi,” kata Abah Sulthon.

Mendengar Mentari “merapat” ke Aliansi Tajam, Diah, yang mengaku sebagai kakak dari Wahyu Triguna tak mau kalah dan langsung menyusul melakukan langkah serupa.
Mewakili dan berniat membantu menyelesaikan masalah adiknya, Diah bersama keponakan menyambangi Kantor Aliansi Tajam, Jumat (17/9/2021) malam.
Kepada Abah Sulthon, Diah berjanji siap mengembalikan uang Mentari, sekira Rp 9 jutaan yang digunakan Wahyu, dengan catatan jika tanahnya yang di Jepara laku.
Abah Sulthon menilai, pernyataan Diah itu pun cuma basa-basi, untuk meredam supaya pernikahan Wahyu, adiknya bisa berlangsung dan aman.
“Yang jelas, perbuatan Wahyu yang selalu minta uang dengan alasan untuk menikahi Mentari, tapi ingkar janji itu sudah masuk kategori penipuan. Itu sudah melanggar hukum,” tegas Abah Sulthon, Sabtu (18/9/2021), yang selama ini juga dikenal sebagai pimpinan Majelis Ta’lim Jamaah Tawajuhan Zikir Asmaul Husna, yang keren dengan “Ngaji Roso Ngaji Budoyo”.***