Petani Sendangkulon sebenarnya sudah menggunakan mesin penyedot air. Namun saat musim kemarau, air yang disedot untuk mengairi sawah tidak ada.

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | KENDAL | obyektif.id
MENINDAKLANJUTI keluhan para petani Desa Sendangkulon, Kecamatan Kangkung, Ketua Komisi A DPRD Kendal Munawir melakukan inspeksi mendadak (sidak) bersama Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kabupaten Kendal, Kamis (16/9/2021).
Munawir mengatakan, sebelumnya para kelompok tani mendatangi kediamannya dan menyampaikan keluhan terkait ketersedian air di musim kemarau untuk mengairi sawah mereka.

Untuk itulah, dia mengajak Dispertan Kabupaten Kendal untuk melihat langsung kondisi di lokasi, sekalian bertemu dengan kelompok taninya dan mencari solusi bersama.
“Jadi ini kami bersama dinas terkait melakukan pengecekan di lapangan, untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan ingin tahu penyebabnya, serta mencari solusi. Alhamdulillah sudah ada solusi dan dalam waktu dekat akan terealisasi,” terang Munawir.

Di tengah brak sawah, para petani menyampaikan aspirasi kepada politisi PDI Perjuangan tersebut dan perwakilan Dispertan Kendal, tentang sulitnya saluran irigasi yang selama ini mereka alami.
“Kami sampaikan uneg-uneg kami terkait pengairan sawah. Terutama saluran di sebelah utara desa yang tidak lancar. Debit air sebenarnya ada, namun entah kenapa tidak mengalir ke sawah kami. Untuk itu, kami mohon dicarikan solusinya,” ungkap Zaenal Abidin, ketua Kelompok Tani (Poktan) Sumber Rahayu, Desa Sendangkulon.

Dia mengungkapkan, sebenarnya sudah menggunakan mesin penyedot air. Namun saat musim kemarau, air yang disedot untuk mengairi sawah tidak ada.
Menurut Zaenal, kendala yang mereka hadapi saat ini adalah di biaya operasional mesin pompa. Karena dengan mesin pompa, mereka harus merogoh kocek hingga Rp 200 ribu, untuk mengoperasikan empat sampai lima kali dalam satu musim.
“Karena hal ini, maka kami mencoba menyampaikan keluhan kepada pak Munawir, untuk mencarikan jalan keluarnya. Alhamdulillah hari ini, pak Munawir menanggapi keluhan kami dengan datang bersama Dinas Pertanian Kendal,” ujarnya.
Mereka berharap kepada dinas terkait melalui Ketua Komisi A, untuk memperbaiki atau dibuatkan irigasi atau sumur air.
“Harapan kami, irigasi bisa dikeruk lagi, karena tanahnya sudah dangkal. Dari pintu DAM sampai tersier sudah dangkal kurang lebih 60-70 persen. Ini yang menghambat mengalirnya air ke sawah kami,” jelas Zaenal.
Identifikasi Permasalahan
Sementara mewakili Kepala Dispertan Kabupaten Kendal, Kabid Sarana Prasarana Dewi Apriliyani mengatakan, kegiatan ini sebagai identifikasi permasalahan yang disampaikan oleh Poktan Sumber Rahayu dan Sumber Urip terkait kesulitan mendapatkan air.
“Jadi sebelum kami melaksanakan identifikasi terkait dengan kondisi di lapangan, kami mendapat keluhan dari Kelompok Tani Sumber Rahayu dan Kelompok Tani Sumber Urip, yakni dengan ketersediaan air pada musim kemarau yang tidak pernah mendapatkan air,” terangnya.
Untuk itu pihaknya langsung menindaklanjuti dengan mencoba melihat langsung lokasi, untuk mengecek mekanismenya bagaimana, kemudian apa yang harus dilakukan dan yang diinginkan.
“Karena Dinas Pertanian dan Pangan juga ada kewenangan terkait irigasi, yakni kaitannya tersier dan sekunder. Kalau di PU kewenangannya di sekunder, sedangkan tersier di Dispertan. Makanya kami mengecek di lokasi, kewenangan siapa ini,” ujar Dewi.
Selanjutnya, menurut Dewi, mekanisme yang harus dilakukan ada kaitannya dengan perencanaan di tahun sebelumnya.
“Pastinya kami juga berharap, dari poktan atau gapoktan itu membuat pengajuan atau permohonan yang diinginkan seperti apa, dengan melihat seperti ini. Memang bukan solusi satu-satunya, tapi paling tidak mengurangi permasalahan ketersediaan air,” tandasnya.
Jadi, lanjut Dewi, hal terkait dengan kapan pelaksanaannya, tentu harus ada usulan dari bawah. Itu juga harus diterapkan dalam musrenbang desa atau kecamatan atau kabupaten. Bisa juga dari dewan.
“Secara garis besar, tentunya kami mengetahui permasalahan-permasalahan di petani, pasti harus ada dari petani. Nggak mungkin ujug-ujug tanpa punya kegiatan, tanpa ada permasalahan di lapangan,” jelas Dewi.
“Paling tidak dengan tahu permasalahan yang ada di lapangan, kami bisa memberikan solusi. Ya belum semuanya, pastinya. Karena ketersediaan anggaran juga sangat berpengaruh,” pungkasnya.***