“Berarti ini termasuk pemberdayaan. Literasi pemberdayaan umat, seperti yang telah dilakukan oleh komunitas Sakila Kerti,” terang Atmo Tansidik, budayawan sekaligus Duta Baca Kota Tegal.

REPORTER: Nasichi | EDITOR: Dwi Roma | TEGAL | obyektif.id
BERMULA dari Taman Bacaan Masyarakat di Terminal Bus Tegal, kini Sakila Kerti berkembang menjadi Sekolah Terminal, hingga Sekolah Laut. Bahkan, Taman Belajar Masyarakat (TBM) Sakila Kerti beberapa kali mendapat penghargaan dari pemerintah pusat.
Saat ini, TBM Sakila Kerti kian berkembang dalam menangani pendidikan nonformal. Sebuah perkembangan yang jelas akan memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan, baik formal maupun nonformal.
Ketua DPRD Kota Tegal Kusnendro memberikan apresiasi luar biasa kepada Dr Yusqon, selaku pengelola TBM Sakila Kerti.

Menurutnya, mengelola pendidikan pada anak anak yang drop sekolah atau para pedagang asongan dan warga nelayan yang putus sekolah, tidaklah mudah. Tapi berkat keuletan dan kesabaran Yusqon dan para pengelola Sakila Kerti, mereka bisa berhasil menempuh jenjang pendidikan melalui Kejar Paket A sampai C.
“Meski melalui jenjang pendidikan nonformal, tapi mereka memiliki hak yang sama untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” kata Ketua DPRD Kota Tegal Kusnendro saat memberikan sambutan pada Wisuda 51 Siswa-Siswi TK hingga Kejar Paket C TBM Sakila Kerti di Hotel Pesona, Kota Tegal, Ahad (13/6/2021).
Kusnendro menyebutkan, pendidikan harus dikembangkan secara meluas, termasuk pendidikan nonformal untuk memfasilitasi mereka yang drop sekolah.

“Itu sebabnya keberadaan Sakila KertI harus didukung semua pihak, demi anak-anak kita di masa mendatang, mengingat persaingan sumber daya manusia sekarang semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi, sehingga kita perlu menyiapkan anak-anak kita yang lebih cerdas dan berkualitas,” ujarnya.
Kusnendro mengatakan, DPRD akan selalu mendukung segala kebijakan terkait sektor pendidikan, apalagi ada ketentuan bahwa 20 persen APBD digunakan untuk sektor pendidikan.
Namun, menurutnya, pengelolaan anggaran pendidikan tidak harus melalui Dinas Pendidikan saja, tapi bisa OPD lain, seperti Kemenag yang memerlukan anggaran dalam kaitan untuk pendidikan keagamaan.
Langkah Yusqon
Mewakili Wali Kota, Sekretaris Daerah Kota Tegal Johardi dalam sambutannya mengatakan, Sakila Kerti telah menorehkan keberhasilan dalam dunia pendidikan di Kota Tegal. Itu sebabnya, Pemkot Tegal akan mendukung apa yang akan diprogramkan oleh TBM Sakila Kerti, demi kemajuan pendidikan informal di Kota Tegal.
Johardi mengungkapkan, sejak dirinya menjabat Kepala Dinas Pendidikan, dia selalu mengikuti langkah Yusqon.
“Saya selalu mengikuti langkah Yusqon, karena di belakang Yusqon ada anak-anak putus sekolah, para pedagang asongan, anak-anak nelayan yang tak mau sekolah. Tapi berkat ketelatenan Yusqon, mereka mau sekolah melalui Kejar Paket,” ujar Johardi.
Johardi menyampaikan, Pemkot Tegal akan mangakselerasi pencapaian program pendidikan yang lebih tinggi.
“Kalau sebelumnya warga Kota Tegal harus mengikuti Wajib Belajar (Wajar) sembilan tahun, nanti ke depan harus Wajar 12 tahun. Meski kita kalah dari negara-negara ASEAN yang warganya sudah Wajar 15 tahun, seperti Singapura dan Malaysia,” bebernya.
Selain Sekda Kota Tegal Johardi dan Ketua DPRD Kota Tegal Kusnendro, acara wisuda siswa-siswi TBM Sakila Kerti juga dihadiri sejumlah pimpinan OPD yang saat itu melakukan akad kerja sama dengan TBM Sakila Kerti, yaitu Dinas Koperasi dan UMKM perihal pengembangan kewirausahaan; Kwarcab Kota Tegal (kerja sama Pramuka Inklusi); Kantor Kemenag (Pesantren Literasi), dan DPPKADP2A perihal kekerasan anak.
Johardi berharap, kerja sama yang ditandatangani tersebut bisa berjalan sesuai tujuan.
Yusqon sangat berterima kasih ke semua pihak. Menurutnya, tanpa terasa TBM Sakila Kerti tahun 2021 ini sudah berusia 10 tahun. Dia tidak melupakan jasa mantan Wali Kota Tegal, Ikmal Jaya yang meresmikan Sakila Kerti di salah satu kios di Terminal Bus Tegal berbarengan dengan Program “Tegal Cerdas.”
Yusqon berharap, anak-anak yang diwisuda, untuk 39 tahun ke depan menjadi “generasi emas” yang mampu membawa diri mereka sebagai generasi yang cemerlang, mampu bersaing dengan mereka yang mengenyam pendidikan formal.
Level Literasi
Atmo Tansidik, budayawan sekaligus Duta Baca Kota Tegal yang turut hadir di acara wisuda mengatakan, Yusqon yang didukung istri dan rekan-rekannya telah berjuang di level literasi dalam arti yang sebenar-benarnya.
“Maksudnya, setelah mereka membaca, mereka mampu mengaplikasikan hasil dari informasi yang telah dibaca. Jadi, literasi bukan hanya menggerakkan minat baca saja, tapi mampu mengapkikasikan dari apa yang dia baca,” ujarnya.
Atmo mencontohkan, ketika membaca resep cara membuat keripik sukun yang baik dan bergizi, dipraktikkan, lalu dipasarkan.
“Berarti ini termasuk pemberdayaan. Literasi pemberdayaan umat, seperti yang telah dilakukan oleh komunitas Sakila Kerti,” terang Atmo.
Atmo menyebut, Yusqon bersama Sakila Kerti-nya bukanlah peristiwa sehari-dua hari.
“Dan hanya kekuatan Allah-lah, sehingga mampu memberi kekuatan kepada Yusqon dan istri, sehingga dia bersama rekannya dianugerahi rasa yang tidak lelah. Semua itu hanya berbasis pada spiritualitas,” tandas Atmo Tansidik.***