Pancasila tidak bisa dimaknai secara parsial. Pancasila itu masing-masing sila menjiwai sila yang lainnya. Sila ke-1 menjiwai sila ke-2, ke-3, dan seterusnya, begitu juga sebaliknya.

REPORTER: Nasichi | EDITOR: Dwi Roma | BREBES | obyektif.id
DI tengah momentum Peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Hj Nur Nadlifah mengajak para kader NU dan seluruh masyarakat untuk memahami Pancasila secara komperehensif dan total. Jangan sepotong-sepotong, karena tidak bisa dimaknai secara utuh.
Menurut Nur Nadlifah, Pancasila tidak bisa dimaknai secara parsial. Pancasila itu masing-masing sila menjiwai sila yang lainnya. Sila ke-1 menjiwai sila ke-2, ke-3, dan seterusnya, begitu juga sebaliknya.
“Artinya, dalam memahami nilai-nilai Pancasila, kita tidak bisa memahami sepotong-sepotong per sila, tapi harus secara utuh, karena antara sila ke sila saling menjiwai,” kata Mbak Nad, sapaan akrab Nur Nadlifah saat memperingati Hari Lahir (Harlah) Ke-71 Fatayat NU dan Harlah Pancasila di SMK Ma’arif NU Paguyangan, Kabupaten Brebes, Selasa (1/6/2021).
Mbak Nad mengungkapkan, Pancasila lahir dari pemikiran tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia, salah satuya KH Hasyim Asy’ari yang juga pendiri NU. Dengan melakukan riyadhoh, Kiai Hasyim mengambil ijtihad bahwa Pancasila adalah pilar utama bangsa Indonesia.
“Prinsipnya, Kiai Haji Hasyim Asy’ari memahami bahwa kemerdekaan adalah kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan perpecahan merupakan kerusakan (mafsadah), sehingga dasar negara harus berprinsip menyatukan semua,” papar Mbak Nad, yang juga anggota DPR RI Dapil IX Jawa Tengah.
Kepada Fatayat NU Brebes, dia menegaskan pentingnya integritas, loyalitas, dan totalitas kepada organisasi, yang harus ditanamkan tidak hanya dalam hati dan pikiran saja, namun harus tercermin dalam gerak langkah, sehingga muncul karya yang nyata.
Ketua Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Kabupaten Brebes Nur Wakhidah menjelaskan, rangkaian Harlah Fatayat NU, antara lain diisi dengan kegiatan Kajian Qonun Asasi Mbah Hasyim, sebuah karya monumental dan pondasi kokoh NU berdiri; Lomba Paduan Suara Perempuan Aswaja melalui video yang diunggah ke channel Youtube FNU Brebes; dan Refleksi Harlah Fatayat dan Harlah Pancasila.
“Alhamdulillah, seluruh kegiatan Fatayat NU Kabupaten Brebes sudah di-upload ke dunia digital. Dengan mengisi dunia maya seperti Youtube, FB, WAG, sehingga siap menjadi organisasi modern yang menguasai IT,” tutur Nur Wakhidah.
Peringatan Harlah Ke-71 Fatayat NU dan Harlah Pancasila yang diselenggarakan PC Fatayat NU Kabupaten Brebes dihadiri para tokoh dan Pimpinan NU beserta Badan Otonomnya, antara lain Ketua PC IPNU Kabupaten Brebes, Ketua MWC NU Paguyangan, Ketua PAC Muslimat NU Paguyangan, anggota DPRD Brebes Fraksi PKB Habib Qodir Al Atos dari Tegal, dan tamu undangan lainnya.
Kegiatan yang memperhatikan protokol kesehatan (prokes), sebagai upaya pencegahan Covid-19 ini, juga diisi tausiyah dari Dr Nyai Hj Imas Masitoh M Noor dari Bandung, Jawa Barat.***