“Itulah kalimat yang populer di kalangan kita sendiri. Semua awak organisasi diajak ‘hijrah’. Kita tetap bisa tegas dan gagah, tapi jangan sampai melupakan sajadah. Beribadah,” tegas Bayu, yang juga Ketua Persaudaraan Travel Umrah dan Haji (Patuh) Jawa Tengah.

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | SEMARANG | obyektif.id
RAMADAN menjadi momentum paling tepat untuk lebih berkhidmat pada urusan peribadatan. Kesibukan yang padat, terbukti tak membuat H Bayu Jalar Prayogo SE MM abai pada aktivitas dan nilai-nilai religiusitas sepanjang Bulan Suci ini.

Padahal, Bayu Jalar Prayogo dikenal sebagai sosok dengan sederet kesibukan. Berbagai perusahaan dan organisasi dilibati, dan hampir semuanya menduduki posisi petinggi. Lantas apa kegiatannya selama Ramadan tahun ini?
“Karena masih pandemi, kegiatan organisasi paling-paling sebatas bagi-bagi takjil atau santunan anak yatim piatu dan duafa. Buka puasa bersama kita kurangi. Sore saya ngajar ngaji anak-anak. Malamnya salat tarawih,” ujar Direktur Utama Ar-Bani Madinah Wisata ini saat ditemui di ruang kerjanya, Jalan Pamularsih Raya 104, Semarang, Rabu (28/4/2021) sore.

Bayu memang mendedikasikan waktu sorenya, selepas asar untuk mengajar ngaji anak-anak di Masjid Al Ikhlas di lingkungan rumahnya, di bilangan Jalan Mintojiwo Timur, Semarang. Di masjid itu pula, dia kerap menjadi imam pengganti jika imam utama berhalangan.
Mengajar ngaji dan menjadi imam masjid, boleh dibilang merupakan aktivitas yang istimewa dan kontras dengan keseharian Bayu sebagai Bendahara Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Provinsi Jawa Tengah, yang dikomandani Bambang Eko Purnomo (BEP).

“Posisi Bendahara MPW baru diamanatkan ke saya sejak 3 Maret 2021, melalui Pergantian Antar-Waktu (PAW),” tutur pria berpostur gagah yang dipercaya menjadi Wakil Ketua Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Jawa Tengah ini.
Tapi semua itu tak mengejutkan. Bayu mengakui, di bawah kepemimpinan BEP, MPW Pemuda Pancasila Jateng “Reborn” memang benar-benar terlahir kembali, bermetamorfosis, dan menginisiasi perealisasian tagline “Hijrah Itu Keren” bagi organisasi kemasyarakatan (ormas) ini secara nasional: dari yang semula diidentikkan dengan arogansi dan sok-sokan, kini menjadi lebih santun dan humanis.

“Dari haram jadah, kini jadi pemburu sajadah. Itulah kalimat yang populer di kalangan kita sendiri. Semua awak organisasi diajak ‘hijrah’. Kita tetap bisa tegas dan gagah, tapi jangan sampai melupakan sajadah. Beribadah,” tegas Bayu, yang juga Ketua Persaudaraan Travel Umrah dan Haji (Patuh) Jawa Tengah.
Dunia-Akhirat
Apa yang disampaikan Bayu, tentu bukan tanpa dasar. Suami Hj Arbani Sepyana Atmasari ini berusaha menyinergikan kegiatan dunia-akhirat secara harmonis, baik dalam urusan karir dan keluarga.

“Jangan pernah berlayar tanpa peta” menjadi motto hidup Bayu dalam melakoni roda kehidupannya. Termasuk ketika dia menjajal “berlayar” di dunia politik, menjadi Calon Legislatif (Caleg) DPR RI untuk Daerah Pemilihan Jawa Tengah (Dapil Jateng) IV, melalui Partai Demokrat, di Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 silam.
Meski tak lolos, Bayu mengaku dirinya sudah cukup memahami peta politik, sehingga kini dia merasa tak jera untuk kembali berlayar di jagad keras itu.

“Bisnis saya berkaitan dengan bidang keagamaan. Itu untuk urusan akhirat. Tapi kalau kegiatan saya di ormas berkaitan dengan massa, suara. Inilah dunia. Karena dunia dan akhirat harus berimbang kan,” beber pria kelahiran Sragen, 1979 silam yang pernah berkiprah di Karang Taruna Provinsi Jawa Tengah (2005-2006), Badan Amil Zakat (BAZ) Semarang (2006-2009), dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kota Semarang (2009-2011) ini.
Panjang dan menarik, mengulik kisah seputar Bayu Jalar Prayogo. Sepanjang dan semenarik riwayat pendidikannya, mulai dari SD Negeri Bojong Salaman Semarang (1989), SMP Negeri 32 Semarang (1992), dan SMA Negeri 6 Semarang (1995).

Selanjutnya, S1 Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang (1999), S2 Magister Manajemen Universitas Diponegoro (Undip) Semarang (2002), S1 Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang (2013), hingga S3 Doktor Ilmu Sosial di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang yang tak diselesaikan desertasinya.***