Puncak Agama adalah Cinta Sesama

Jika paham tujuan berbangsa atau bernegara kita satu, maka tidak ada yang bisa mengadu domba antarumat beragama, karena puncak dari agama adalah cinta sesama.

REPORTER: Dian Budianto | EDITOR: Dwi Roma | SALATIGA | obyektif.id

KETUA Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Bambang Soesatyo menegaskan, tidak ada agama yang mengajarkan kekerasaan, sehingga tindakan bom bunuh diri tidak bisa dibenarkan. Dia pun mengutuk pelaku aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan.

Bambang mengatakan, tidak ada yang bisa merusak ketenteraman masyarakat Indonesia.

“Jika paham tujuan berbangsa atau bernegara kita satu, maka tidak ada yang bisa mengadu domba antarumat beragama, karena puncak dari agama adalah cinta sesama,” jelasnya usai Pencanangan Salatiga Kota Empat Pilar di Rumah Dinas Wali Kota Salatiga, Rabu (31/3/2021).

Bambang menandaskan, salah satu yang bisa diwariskan kepada anak cucu adalah perdamaian. Dia khawatir, jika perdamaian tidak dipelihara, maka Indonesia bisa hilang.

“Kita lihat pertikaian di negara-negara Timur Tengah menjadi sasaran bagi kepentingan dunia luar untuk memasok amunisi,” ujarnya.

Menurutnya, ada dua kekuatan besar, yakni Amerika Serikat dan China yang memberi pengaruh pada dunia. Dan Indonesia, memiliki potensi luar biasa untuk diincar, karena memiliki potensi pasar dengan 270 juta penduduk serta masyarakat kelas menengah yang luar biasa.

Dikatakan Bambang, di Indonesia saat ini ada enam agama yang diakui dan berbagai aliran kepercayaan.

“Dalam konteks kekinian, ada upaya membenturkan agama dengan komunis. Kita harus berpegang pada keyakinan kita agar tetap rukun,” jelasnya.

Mengenai alasan memilih Salatiga sebagai Kota Empat Pilar, Bambang mengungkapkan bahwa Salatiga adalah Kota Tertoleran di Indonesia.

“Daerah lain bisa mencontoh Salatiga dalam upaya menjaga toleransi, kerukunan, termasuk keberpihakan pemerintah,” ujarnya.

Sementara Wali Kota Salatiga Yuliyanto mengatakan, toleransi menjadi “harta” yang harus dijaga, karena menjadi kunci kerununan dan perdamaian.

“Salatiga adalah contoh miniatur Indonesia yang menghargai kemajemukan,” ungkapnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *