Gunung Merapi Luncurkan Lava Pijar

BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Potensi bahaya akibat erupsi Merapi diperkirakan maksimal dalam radius lima kilometer dari puncak.

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | YOGYAKARTA | obyektif.id

GUNUNG Merapi kembali bergejolak garang. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan, gunung berapi aktif di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu mengeluarkan guguran lava pijar, Selasa (5/1/2020) malam.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan, guguran lava pijar tersebut terjadi pada pukul 18.47.

“Guguran yang terjadi jarak luncurnya masih relatif pendek, sehingga belum terlihat pasti arah luncurannya,” katanya.

Namun, secara umum guguran lava pijar itu terjadi di sisi barat daya dengan posisi alur sungai Boyong, Bebeng, Krasak, dan Lamat.

Hanik menjelaskan, guguran tercatat di jaringan seismik Gunung Merapi dengan amplitudo 3 mm dan durasi 32 detik.

BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Potensi bahaya akibat erupsi Merapi diperkirakan maksimal dalam radius lima kilometer dari puncak.

BPPTKG meminta pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.

Guguran Material

Sebelumnya, BPPTKG menyatakan, Gunung Merapi mengeluarkan guguran material yang diduga lava pijar, Senin (4/1) malam.

“Pada tanggal 4 Januari 2021 pukul 19.50 terjadi guguran yang tercatat di seismogram dengan amplitudo 33 mm dan durasi 60 detik. Suara guguran terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan,” kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida, Senin (4/1) malam.

Guguran yang diduga lava pijar keluar dari Gunung Merapi, Senin (4/1/2021) malam, pukul 22.06 terpantau dari DSLR BPPTKG.

Terkait hal tersebut, Hanik menyimpulkan bahwa lava pijar telah muncul di dasar Lava 1997.

Hanik menyebut, sinar yang teramati di Gunung Merapi pada 31 Desember 2020 pukul 21.08, bisa jadi merupakan indikasi awal akan munculnya api diam dan lava pijar.

Dia menerangkan, peningkatan aktivitas Gunung Merapi terpantau dari data kegempaan dan deformasi sejak 22 Desember 2020.

Menurut Hanik, guguran pada Senin (4/1) malam yang terpantau dari kamera CCTV di sisi barat daya Gunung Merapi dan kamera thermal di Stasiun Panguk itu merupakan bagian dari manifestasi peningkatan aktivitas Gunung Merapi.

Pendaran Sinar

Sebelumnya, video dari CCTV mode nightview menampilkan pendaran sinar yang diduga adalah lava pijar. Hasil pengamatan ini didukung dengan foto DSLR dan foto dari Pos Kaliurang yang menunjukkan rona merah di lokasi yang sama.

Bertepatan dengan pengamatan kejadian tersebut, jaringan seismik Gunung Merapi merekam gempa guguran.

Hanik mengapresiasi bantuan dari para pihak yang telah berbagi informasi terkait aktivitas Gunung Merapi.

“Informasi ini sangat berguna bagi pemantauan aktivitas Gunung Merapi saat ini,” ujarnya.

Hanik mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi.

Masyarakat diharapkan untuk tetap mengikuti arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pemerintah daerah setempat, serta selalu mengikuti informasi dari sumber yang terpercaya.

Sampai saat ini, BPPTKG belum merevisi rekomendasi aktivitas Gunung Merapi, dengan daerah potensi bahaya masih dalam jarak maksimal 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *