Sambut Tahun Baru, Desa Wangandawa Bersolek Bangun Taman Cantik

“Saat ini kami sedang membangun taman yang nantinya bisa menjadi ikon Desa Wangandawa dan kebanggaan warga,” cetus Kepala Desa Wangandawa Harsoyo.

REPORTER: Nasikhi | EDITOR: Dwi Roma | TEGAL | obyektif.id

SETIAP desa atau kelurahan, pasti punya nama, dengan makna dan sejarahnya. Namun sayangnya, tak banyak generasi penerus yang peduli dan memahami riwayat desanya sendiri. 

Sepertinya halnya penduduk Desa Wangandawa, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal. Banyak dari mereka yang tidak tahu asal-usul nama desanya.

Desain Taman Wangandawa yang cantik.

Kepala Desa Wangandawa Harsoyo SIP SH MKN mengungkapkan seputar riwayat desanya. Menurutnya, “wangan” berarti parit/kali dan “dawa” (panjang).

“Dari situlah, nama Desa Wangandawa, yang bermakna kali/sungai yang membentang memanjang membelah lahan persawahan dari ujung selatan sampai utara,” ujar Kades Harsoyo ketika memandori kegiatan proyek desa yang rencananya bakal dibuat taman dan kolam pemancingan, yang saat ini tengah dikebut pengerjaannya agar bisa rampung tepat untuk menyambut tahun baru.

Ki Buyut-Nyi Dayem

Harsoyo melanjutkan, bahwa dulu, datang seorang musafir bernama Ki Buyut bersama istrinya, Nyi Dayem. Mereka berjalan kaki dari kampung halaman Nyi Dayem, Desa Semedo untuk menyebarkan agama Islam.

Sesampai di desa yang pada waktu itu masih berupa rawa-rawa yang dilatarbelakangi kemegahan Gunung Slamet, Ki Buyut beristirahat melakukan salat di wilayah tersebut.

Kepala Desa Wangandawa Harsoyo.

Melihat tanah yang begitu subur dan nyaman suasananya, akhirnya Ki Buyut bersama Nyi Dayem memutuskan untuk menetap sambil menyebarkan ajaran agama Islam di wangan atau kali tersebut.

Ketekunan Ki Buyut dalam mengolah tanah, berhasil menyulap kawasan yang semula masih berbentuk rawa-rawa menjadi lahan persawahan.

Satu-satunya sumber air untuk mengairi sawah adalah wangan yang membelah desa.

Nah, itulah yang akhirnya dijadikan nama desa, yaitu Desa Wangandawa,” beber Coyo, sapaan akrab Harsoyo.

Dukuh Berantem

Nama desa yang saat ini dihuni sekitar 8.000 jiwa ini, semakin populer berkat kegotongroyongan antara pemerintah desa den masyarakatnya, terutama dalam pembangunan infrastruktur.

Alhasil, tingkat perekonomian di desa yang dikenal dengan kerajinan tenun dan penghasil pisang ini, kini berkembang pesat.

Desain Taman Wangandawa yang cantik.

Kepala Desa Wangandawa Harsoyo merinci, desanya terbagi atas 22 RT dan 5 RW, dengan satu pedukuhan, yaitu Dukuh Berantem yang saat ini tengah bersolek diri dengan pembangunan taman dan kolam pemancingan. Pembangunan diharapkan rampung akhir tahun.

 “Saat ini kami sedang membangun taman yang nantinya bisa menjadi ikon Desa Wangandawa dan kebanggaan warga,” cetus Coyo, yang merupakan alumnus sebuah perguruan tinggi swasta terkenal di Jakarta. 

Destinasi Wisata Lokal

Pembangunan taman dan kolam pemancingan merupakan awal pembangunan destinasi wisata lokal, yang nantinya diharapkan bisa untuk menggiatkan ibu-ibu PKK yang diinisiasi oleh BUMDes. Harapannya bisa menjadi nilai tambah bagi warga setempat. 

Taman Wangandawa yang lokasinya bersebelahan dengan kolam pemancingan, juga dijadikan sebagai ruang publik bagi siapa saja yang melintas, karena posisinya tepat di pinggir jalan utama Desa Wangandawa.

Coyo menjelaskan, di kawasan taman dan kolam pemancingan, rencana ke depan akan dibangun pula wahana permainan lainnya.

Dengan rencana pembangunan taman dan kolam pemancingan yang terintegrasi dengan aneka permainan ini, Coyo berharap, Desa Wangandawa akan lebih semarak. Apalagi diiringi dengan pembangunan fisik, baik pengaspalan jalan atau pavingisasi dan saluran air, terutama untuk kebutuhan pertanian. 

Kalau semua itu bisa terealisasi, otomatis kesejahtraan warga akan meningkat. Selain itu, juga bakal mengoptimalkan pasar dan kios yang selama ini belum difungsikan.

“Kalau pengontrak kios sudah menempati semua kan nanti ramai. Bagi yang nggak mau menempati, terpaksa kontraknya nggak bisa diperpanjang,” tandas Harsoyo, yang sudah tiga kali menjabat sebagai Kades Wangadawa ini.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *