Rasa memiliki yang begitu kuat, membuat seluruh warga rela terlibat. Nyengkuyung dan saling bahu-membahu. Saat pembongkaran pun, ibu-ibu juga ikut bergotong royong penuh semangat.

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | KENDAL | obyektif.id
DIANGGAP sudah berumur dan tak mampu lagi menampung jumlah jemaah, Musholla Baitussyakirin di Dukuh Ngrau, RT 02/RW 03, Desa Tunggulsari, Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal dibedah. Pembongkaran total untuk renovasi dan peremajaan.
Sekian hari dari pembongkaran, pembangunan dimulai. Peletakan batu pertama digelar Jumat (6/11/2020) pagi, oleh KH Muthohar, pengasuh Pondok Pesantren Sabilunnajah, Penjalin, desa tetangga.

Diiringi lantunan sholawat seluruh warga, peletakan batu pertama dihadiri tamu undangan dari kalangan ulama dan tokoh agama setempat hingga mancanegara.
Sebut saja di antaranya, KH Lubabul Maali Ahmad dan KH Faidhun Niam (pimpinan Ponpes The Holy Al Furqon Mangkang). Juga Musthafa Donmez dan Hamid Aslan (pimpinan Ponpes Sulaimaniyah Banyumanik, Semarang yang merupakan cabang Sulaimaniyah Turki), serta Tami dari Filipina.
Dipenuhi Jemaah
Ketua Panitia Pembangunan Faizun mengatakan, Musholla Baitusyakirin selama ini memang selalu dipenuhi jemaah. Di waktu-waktu tertentu, semisal saat Ramadan, musala ini tak sanggup lagi menampung jemaah Salat Tarawih.

“Karena keterbatasan daya tampung itulah, musala dibongkar untuk direnovasi total. Biar lebih layak dan lebih banyak menampung jemaah,” ujar Faizun.
Rencananya, Musholla Baitussyakirin bakal dibangun dua lantai, dengan kubah berdiameter 4 meter, dikelilingi 4 menara setinggi 17 meter.
Mungkin agak mengejutkan. Untuk mewujudkan mimpi besar itu, panitia hanya bermodal “bismillah” dan keyakinan bahwa Allah Mahakaya.

Anggaran awal hanya tersedia Rp 100 juta, berasal dari kas musala, yang bahkan kini tersisa kurang dari Rp 30 juta.
Pengurangan nonimal itu, di antaranya untuk belanja material awal 400 batang besi beton, kayu, triplek, 25 zak semen, dan ongkos 6 tukang.

Namun, sumbangan demi sumbangan, tak disangka-sangka datang mengalir. Seorang dermawan, siap menyediakan kubah dan empat menara, sekaligus langsung mendatangkan sejumlah 400 zak semen dan batu bata 25 ribu biji.
“Hamba Allah” yang lain, menggelontorkan beberapa truk pasir dan 50 zak semen.

Bahkan, dari para tamu undangan di hari peletakan batu pertama pun terkumpul sedekah Rp 5 juta.
Rasa memiliki yang begitu kuat, membuat seluruh warga rela terlibat. Nyengkuyung dan saling bahu-membahu. Saat pembongkaran pun, ibu-ibu juga ikut bergotong royong penuh semangat.
Tanah Wakaf
Musholla Baitussyakirin didirikan oleh almarhum Sukis, yang mewakafkan tanahnya seluas 8 x 20 meter persegi, 1960-an silam.

Lokasi musala bersebelahan dengan Ponpes Ma’had Ta’limil Qur’an Baitussyakirin.
Kiai Moh Muchsinun, pimpinan Ponpes Ma’had Ta’limil Qur’an Baitussyakirin sekaligus nadhir Musholla Baitussyakirin menjelaskan, almarhum Sukis, pendiri musala adalah leluhurnya.

“Ini merupakan amanah. Saya merasa bertanggung jawab untuk menjaga dan terus memakmurkan Musholla Baitussyakirin,” tutur Abah Muchsinun, sapaan akrab kiai ramah ini.
Tak hanya musala, tanggung jawab Abah Muchsinun juga mencakup kehidupan ponpesnya.

Didukung 20 tenaga pengajar, tak kurang dari 90 santriwan-santriwati jenjang pra-TK hingga hafidzul quran, tercatat menimba ilmu di Ponpes Ma’had Ta’limil Qu’ran Baitussyakirin.
Rp 10 Ribu/Bulan
Padahal, ponpes yang didirikan 1996 silam ini, tidak membebani santri dengan biaya pendidikan dan pondokan. Setiap santri hanya dipungut Rp 10 ribu per bulan, untuk membantu biaya penerangan.
“Alhamdulillah, semua berjalan lancar dan insyaAllah berkah,” ungkap Abah Muchsinun, diamini H Nur Fathoni Alhafiz dan Sobirin, dua pengajarnya yang turut mendampingi.

Muchsinun menyebut, selain dari daerah sekitar, santri-santrinya berasal dari seantero Jawa Tengah.
Kembali ke pembangunan Musholla Baitussyakirin, panitia menargetkan bisa rampung dalam satu tahun ke depan.
“InsyaAllah. Bismillah…” dukung Abah Muchsinun. Sangat yakin.

Hidup damai bersama istri tercinta, Umi Lailatul Munawaroh di kediaman tak jauh dari komplek ponpesnya, Abah Muchsinun dikaruniai 6 putra-putri, Ahmad Baihaqi (24), Siti Umdatul Ulya (23), Muhammad Khafidzul Muhtar (21), Lubabul Fahmi Ahmad (19), Annida Luthfiatul Muflichah (17), dan Mohammad Azmil Umur (6).***