“Panjenengan pilih mana, duit satus ewu ono tembeleke, opo duit sewu sing dileleti minyak wangi? Mesti rak yo tetep milih duit satus ewu senajan ono tembeleke to nggih?”

REPORTER/EDITOR: Dwi Roma | KENDAL | obyektif.id
BEGITULAH cara Kiai Gondrong menggambarkan kemuliaan Nabi Muhammad SAW di depan jemaah Safari Maulid lan Ngaji bersama Majlis Dzikir Wa Ta’lim Al Karim Kendal di Musholla Baitul Muttaqin, Jalan Mutiara Raya, Desa Krajankulon, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Sabtu (31/10/2020) malam.
Acara dibuka dengan pembacaan Maulid Barzanji, sekira pukul 20.00, diiringi sajian musik religi Grup Rebana Al Karim Kota Kendal.

Meski diguyur hujan, pengajian berjalan lancar dan disesaki ratusan jemaah, yang sebagian berasal dari Majlis Dzikir Wa Ta’lim Al Karim pimpinan Kiai M Khozin Qusyaeri, nama asli Kiai Gondrong asal Kebondalem, Kendal ini.
Tak hanya bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak juga turut takzim menyimak pengajian di puncak acara Pekan Maulid Musholla Baitul Muttaqin ini.
“Nabi Muhammad itu manusia sempurna. Manusia paling mulia. Akhlak dan perilakunya selalu menginspirasi dan harus kita teladani. Rasulullah Muhammad adalah pemimpin lintas zaman,” tegas Kiai Gondrong lantang, dalam ceramahnya.

Dalam sebuah riwayat, Kiai Gondrong mengisahkan, seorang pengemis Yahudi buta biasa ngetem di salah satu sudut pasar dekat pintu Kota Madinah.
Setiap kali ada orang yang mendekatinya, dia selalu berpesan, “Jangan pernah engkau dekati Muhammad. Dia itu orang gila, pembohong, dan tukang sihir.”
Tapi, Rasulullah Muhammad SAW gemar mendatanginya. Bukan untuk menghardiknya atau sekadar meminta klarifikasi atas hasutannya itu. Nabi SAW justru rajin datang kepadanya dengan menenteng makanan.

Tanpa bicara sepatah kata pun, beliau lantas duduk di sebelah pengemis Yahudi buta itu. Setelah meminta izin, Rasulullah SAW pun menyuapi orang tadi dengan penuh kasih sayang. Hal itu dilakukannya rutin, bahkan kemudian menjadi kebiasaan setiap pagi.
Seiring waktu, Allah SWT memanggil beliau. Rasulullah SAW wafat, menyisakan duka yang teramat dalam di tengah para keluarga, sahabat, dan kaum Muslimin pada umumnya.
Digantikan Abu Bakar
Sementara itu, kepemimpinan umat sudah berada di tangan Abu Bakar ash-Shiddiq. Sang khalifah ini memang sudah bertekad untuk mengikuti tradisi dan kebijakan-kebijakan peninggalan Rasulullah SAW. Bahkan termasuk rutinitasnya sehari-hari.

Satu hari, Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan. Dia pun bergegas menuju titik lokasi, supaya berjumpa dengan si pengemis.
Betapa gembira Abu Bakar mendapati seorang pengemis buta yang duduk di dekat sana. Setelah mengucapkan salam, Abu Bakar lalu duduk dan meminta izin kepadanya untuk menyuapinya.
Namun, di luar dugaan pengemis tadi malah murka dan membentak-bentak, “Siapakah kamu?!”
Abu Bakar menjawab, “Aku ini orang yang biasa menyuapimu.”
“Bukan! engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” teriak si pengemis lagi, “Jika benar kamu adalah dia, maka tidak susah aku mengunyah makanan di mulutku. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menghaluskan makanan terlebih dulu dengan mulutnya sendiri. Barulah kemudian dia menyuapiku dengan itu,” terang si pengemis sambil tetap meraut wajah kesal.

Abu Bakar tidak kuasa menahan deraian air matanya, “Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, Abu Bakar. Orang mulia itu telah tiada. Dia adalah Rasulullah Muhammad SAW.”
Mendengar penjelasan Abu Bakar, pengemis tadi seketika terkejut. Dia lalu menangis keras. Setelah tenang, dia bertanya memastikan, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghina, memfitnah, dan menjelek-jelekan Muhammad. Padahal, belum pernah aku mendengar dia memarahiku sedikit pun. Dia yang selalu datang kepadaku setiap pagi dengan membawakan makanan. Dia begitu mulia.”

“Maka di hadapan Abu Bakar ash-Shiddiq, pengemis Yahudi buta itu mengucapkan dua kalimah syahadat. Demikianlah, dia masuk Islam karena menyadari betapa mulianya akhlak Rasulullah SAW,” tandas Kiai Gondrong.
Guyon-Santun
Tausiyah diselingi guyon-guyon, meski tetap dengan gaya bertutur santun merupakan ciri khas ustaz muda yang memang berambut gondrong ini. Ciri khas ini pula yang selalu bikin jemaah betah menyimak ceramahnya hingga paripurna.
Sebelum memungkasi ceramahnya, sekira pukul 23.30, Kiai Gondrong mengajak jemaah dan masyarakat umum, untuk selalu menjunjung dan memuliakan Nabi Muhammad SAW, sekaligus meneladaninya.

Ketua Pelaksana Muhammad Subkhan mengatakan, Safari Maulid lan Ngaji bersama Majlis Dzikir Wa Ta’lim Al Karim merupakan bagian dari rangkaian Pekan Maulid Nabi Muhammad SAW Musholla Baitul Muttaqin.
“Melalui gelaran Pekan Maulid ini, kami mengajak masyarakat muslim, utamanya di lingkungan sekitar untuk senantiasa mencintai dan memuliakan Rasulullah Muhammad SAW. Mari kita ajarkan cinta Nabi sejak dini, kepada anak-anak kita,” tuturnya, didampingi wakil ketua pelaksana, Mustaqim.***

Koreksi min…
Maulid yg dibaca maulid diba’
trims mas atas koreksinya