Di dalam forum silaturahmi di studio musik Nomo Koeswoyo inilah, para Koes Plus milenial belajar warna musik grup legendaris Tanah Air ini.
REPORTER: Budhy HP | EDITOR: Dwi Roma | TEMANGGUNG | obyektif.id
GENERASI milenial yang mengaku penggemar musik, mesti tahu nama Koes Plus yang merupakan musik lintas zaman dan legendaris.
Meskipun kini para pemainnya sudah lanjut usia dan bahkan sebagian meninggal dunia, jiwa Koes Plus masih membara di kalangan milenial. Dentuman drum dan bas gitarnya tetap membahana.

Sebut saja Koes Plus Mania Jiwa Nusantara yang sering live di Pikatan Water Park Temanggung, Jawa Tengah, tetap gagah dengan kostum hitam-hitamnya di berbagai performance.
Nama Koes Plus Nusantara sudah menggema dan dikenal masyarakat, lantaran kerap kali manggung di berbagai tempat, bahkan sekelas hajatan pengantin. Para pemusiknya merupakan kaum milenial. Meski vokalisnya memang ada beberapa yang masih beraliran “tembang kenangan.”
Hubungan Saudara
Sejarah perjalanan musik Indonesia tak lepas dari peran Koes Plus. Di awal berdiri, para personel grup musik ini membawa keunikan tersendiri, yaitu memiliki hubungan saudara kakak-beradik.
Sebut saja John Koeswoyo (up right bass), Tonny Koeswoyo (lead guitar), Yon Koeswoyo (vokal dan rhythm guitar), Yok Koeswoyo (vokal dan bass guitar), dan Nomo Koeswoyo (drumer) .
Sang drummer, Nomo Koeswoyo ketika ditemui obyektif.id di rumah sekaligus studionya, di Magelang, Sabtu (31/10/2020), menyambut dengan penuh apresiasi. Meski kini berusia 82 tahun, dia masih semangat memberi petuah di studio musiknya.

Tamu generasi Koes Plus milenial terus silih-berganti bersilaturahmi. Mereka datang dari Koes Plus Temanggung, Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya.
“Mereka silaturahmi ke sini, ada yang minta main di studio sini, ya saya layani biar jiwa Koes Plus tetap mengalir,” papar Nomo Koswoyo.
Di dalam forum silatulrahmi di studio musik Nomo Koeswoyo inilah, para Koes Plus milenial belajar warna musik grup legendaris Tanah Air ini.
Aransemen “Update”
Pak Jeje, panggilan akrab vokalis dan gitaris Koes Plus Nusantara Temanggung, menilai generasi “ambyar” saat ini masih suka dengan warna Koes Plus. Tapi mereka lebih menginginkan aransemen yang terus di-update. Liriknya tetap punya Koes Plus original, tapi aransemen musik dibuat sedikit berbeda.
“Itulah kreasi mereka, tapi namanya tetap Koes Plus, karena irama musiknya dominan ke sumber asalnya, yaitu Koes Plus,” tandas Pak Jeje.

Grup Koes Plus Nusantara Temanggung masih terus menggelar latihan bersama di Kampung Rolikuran, Temanggung untuk sekadar ajang silatulrahmi bersama.
Media pertemuan sejumlah 5-10 orang pemusik ini, ternyata mampu menggelorakan semangat mereka untuk melestarikan musik Koes Plus.
Sang maetro Koes Plus awalnya lahir dengan nama Koes Bersaudara dan melahirkan 27 album. Kemudian berganti nama menjadi Koes Plus sejak 1969 dan berhasil merilis 133 album.
Di antara lagu-lagu Koes Plus yang menjadi favorit adalah Bis Sekolah, Yang Ku Tunggu, Ku Tunggu Tiada yang Datang, Ku Telah Lelah Berdiri, dan Berdiri Menanti. Menyusul yang juga viral, yaitu Bujangan, Why Do You Love Me, dan Kapan-kapan.***