Safari Literasi Lahirkan Manusia Berkualitas dan Melek Informasi

“Budaya literasi di era informasi digital, apalagi di masa pandemi Covid-19 ini, berperan penting untuk memudahkan mendapat asupan informasi dan bacaan, yang akhirnya bermuara pada peningkatan sumber daya manusia,” kata Ofy Sofiana.

REPORTER: Nasikhi | EDITOR: Dwi Roma | TEGAL | obyektif.id

UNTUK mewujudkan tercapainya indeks literasi masyarakat, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menggelar Safari Literasi bertajuk “Inovasi dan Kreativitas Pustakawan dalam Pembangunan Indeks Literasi Masyarakat untuk Mewujudkan SDM Unggul menuju Indonesia Maju.”

Safari menyasar di beberapa daerah, salah satunya di Kota Tegal. Acara yang digelar di Ruang Adipura Balaikota Tegal, Senin (26/10/2020) ini diikuti oleh guru, pengelola perpustakaan, dan budayawan.

Hadir dalam acara, Sekretaris Daerah Kota Tegal Johardi, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Fikri Faqih, dan Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Ofy Sofiana.

Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Ofy Sofiana.

Ofy Sofiana menjelaskan, Safari Literasi bertujuan untuk meningkatkan sumber daya masyarakat supaya memahami tentang budaya literasi.

“Budaya literasi di era informasi digital, apalagi di masa pandemi Covid-19 ini, berperan penting untuk memudahkan mendapat asupan informasi dan bacaan, yang akhirnya bermuara pada peningkatan sumber daya manusia,” katanya.

Ofy menambahkan, prioritas program pemerintah pada 2024 adalah terciptanya SDM yang unggul menuju Indonesia Maju. Oleh sebab itu, keberadaan perpustakaan sangatlah penting, agar masyarakat gemar membaca dan memahami literasi.

Empat Tingkatan

Ada empat tingkatan tentang pemahaman literasi. “Pertama kemampuan mengumpulkan sumber bacaan, kedua mampu memaknai yang tersirat dan tersurat,  ketiga kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan, dan keempat mampu menciptakan barang yang bermutu,” tuturnya.

Ofy mengungkapkan, saat ini jumlah perpustakaan di Indonesia sudah mencapai 164,618 unit, yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air.

Jumlah ini merupakan urutan terbanyak kedua di dunia. Namun yang sesuai dengan standar perpustakaan baru 0,02 persen.

Guru, pengelola perpustakaan, dan budayawan peserta Safari Literasi.

“Oleh sebab itu, Perpustakaan Nasional terus mendorong perpustakaan daerah, dengan meningkatkan berbagai macam bantuan fisik-nonfisik termasuk Dana Alokasi Khusus (DAK),” papar Ofy.

Meski demikian, Ofy tetap minta kepada pemerintah daerah supaya memprioritaskan anggaran untuk kemajuan perpustakaan, sesuai kemajuan  tekhnologi digital. Sebab, kondisi saat ini, kebutuhan digitalisasi sangat mendominasi masyarakat yang membutuhkan informasi melalui internet.

Sesuai hasil survei Asosiasi Jasa Internet Indonesia (AJII), pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 64,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

Ofy Sofiana sangat mengapresiasi Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah (Arpusda) Kota Tegal yang secara terus-menerus berinovasi mengelola Arpusda guna meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap literasi di Kota Tegal.

Penghargaan Karya

Acara dirangkai dengan Talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat dipandu oleh Suryali Andi Kustomo, menampilkan narasumber Atmo Tansidik (budayawan Tegal) Fikri Faqih (Wakil Ketua Komisi X DPR RI).

Berbicara soal hak cipta, Fikri Faqih menyarankan, bagi siapa saja yang mampu menerbitkan buku supaya dikirim ke Perputakaan Provinsi atau ke Perpusnas, meskipun Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif belum diberlakukan.

“Siapa tahu dari karya tersebut, Anda akan mendapatkan penghargaan. Entah bentuknya apa, yang pasti ada ketentuannya,” papar Faqih.

Sekretaris Daerah Kota Tegal Johardi menyerahkan kenang-kenangan kepada Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Ofy Sofiana, disaksikan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Fikri Faqih.

Kabid Perpustakaan Dinas Arpusda Kota Tegal Wiluyo mengatakan, Arpusda Kota Tegal, dengan sumber daya yang ter ba tas memberi prioritas kepada masyarakat yang berkelas dan berkualitas atau mereka yang mau meningkatkan kemampuannya untuk gemar membaca dan ber literasi.

“Kalau soal jumlah pembaca yang terdaftar sebagai anggota, jumlahnya cukup banyak. Istilah wong Tegal nggadug, tidak terhitung. Tapi tetap tercatat, yaitu mencapai 12 ribu pembaca,” beber Siwil, panggilan akrab Wiluyo.

Sedangkan jumlah buku, tercatat 35 ribu. Terbanyak buku-buku sastra dan agama. 

“Bulan November nanti, Arpusda Kota Tegal akan meluncurkan aplikasi ‘Sig atel’,   aplikasi yang akan mempermudah masyarakat mengakses melalui jaringan digital atau internet,” ujar Siwil.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *